Analis Sebut Ada Indikasi Israel Berniat Lanjutkan Perang Gaza, Soroti Pelanggaran Gencatan Senjata
Israel disebut berencana untuk memulai kembali pertempuran di Gaza sebelum tahap kedua perjanjian berlaku.
Penulis: Nuryanti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha

TRIBUNNEWS.COM - Analis politik Mohamad Elmasry menyebut ada indikasi yang berkembang bahwa Israel tidak menanggapi ketentuan gencatan senjata dengan serius.
Menurutnya, Israel berencana untuk memulai kembali pertempuran di Gaza sebelum tahap kedua perjanjian berlaku.
"Yang harus kita waspadai adalah pelanggaran," kata Elmasry kepada Al Jazeera, Rabu (22/1/2025).
"Kemarin, beredar video (pasukan Israel) yang menembak warga Palestina (di Gaza). Itu pelanggaran yang jelas, tetapi kita tidak mendengar kecaman apa pun dari AS, yang seharusnya memastikan gencatan senjata terus berlanjut," jelasnya.
"Hal lain yang harus kita perhatikan adalah apa yang terjadi setelah fase pertama."
"Ada indikasi yang semakin kuat bahwa Israel berniat untuk melanjutkan perang," tambah Elmasry.
Netanyahu Berjanji Lanjutkan Perang di Gaza
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan perang Israel di Gaza dalam upaya untuk menghentikan Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich keluar dari koalisinya, menurut Yedioth Ahronoth.
Media Israel melaporkan bahwa Smotrich, ketua partai Zionisme Religius dan salah satu penentang keras kesepakatan yang akan mengakhiri perang, merasa tuntutannya dipenuhi setelah pertemuan terakhir dengan Netanyahu.
Menurut laporan media Israel, Smotrich tidak hanya menuntut jaminan bahwa pasukan Israel akan kembali ke Jalur Gaza, tetapi juga bahwa Israel akan mempertahankan kendali atas aliran bantuan kemanusiaan ke daerah kantong Palestina yang terkepung itu.
“Tanpa kembali sepenuhnya ke perang, kami akan mengundurkan diri,” kata Smotrich, seperti diberitakan Middle East Eye.
Baca juga: Arab Saudi Berharap Gencatan Senjata di Gaza Akan Mengakhiri Perang Barbar Israel
Sebagai informasi, pada Minggu (19/1/2025), Israel dan Hamas mulai melaksanakan kesepakatan gencatan senjata yang mencakup pertukaran sandera dan tahanan.
Rencana tersebut awalnya diuraikan oleh Presiden AS saat itu, Joe Biden, pada bulan Mei dan didorong setelah diplomasi bersama yang tidak biasa oleh utusan Biden dan Donald Trump.
Trump, sambil mendorong kesepakatan itu, juga telah menjelaskan bahwa ia akan dengan teguh mendukung Israel.
Dalam salah satu tindakan pertamanya, ia mencabut sanksi terhadap pemukim ekstremis Israel di Tepi Barat yang dijatuhkan oleh pemerintahan Biden atas serangan terhadap warga Palestina.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.