6 Orang Tewas Ketika Zionis Kembali Gempur Lebanon Timur walaupun Ada Gencatan Senjata
Serangan udara Israel kembali mengguncang Lebanon Timur mengakibatkan enam orang tewas dan dua lainnya terluka pada Sabtu (8/2/2025)
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati

TRIBUNNEWS.COM - Serangan udara Israel kembali mengguncang Lebanon Timur pada Sabtu (8/2/2025).
Enam orang tewas dan dua lainnya terluka akibat serangan tersebut.
Insiden ini terjadi meski kedua belah pihak yang bertikai terikat dalam perjanjian gencatan senjata, Al Jazeera melaporkan.
Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA) melaporkan bahwa pesawat tak berawak Israel menargetkan daerah Shaara, dekat kota Jennata, di wilayah Bekaa timur.
“Enam orang tewas dan dua lainnya terluka akibat serangan udara Israel di wilayah Shaira, yang berdekatan dengan Kota Janta,” NNA melaporkan.
Laporan tersebut menyebutkan korban jiwa dan luka-luka berasal dari kalangan warga sipil.
Militer Israel mengonfirmasi serangan tersebut.
Zionis mengklaim bahwa target yang dituju adalah lokasi yang diduga digunakan oleh Hizbullah untuk produksi dan penyimpanan senjata strategis, Anadolu Ajansi melaporkan.
Menurut militer Israel, serangan tersebut adalah respons terhadap apa yang mereka anggap sebagai pelanggaran kesepakatan antara Israel dan Lebanon.
“Aktivitas di lokasi ini dianggap sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati,” ujar militer Israel, merujuk pada perjanjian yang ditandatangani pada 27 November lalu untuk menghentikan konflik antara Israel dan Hizbullah, PressTV melaporkan.
Terikat Perjanjian Gencatan Senjata
Baca juga: Presiden Lebanon, Joseph Aoun Tandatangani Dekrit untuk Bentuk Pemerintahan Terdiri dari 24 Menteri
Meskipun gencatan senjata resmi berlaku sejak 27 November 2024, serangan-serangan militer Israel terhadap Lebanon tidak berhenti.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, Israel seharusnya menyelesaikan penarikan pasukannya dari Lebanon selatan paling lambat 26 Januari.
Israel menunda penarikan pasukannya hingga 18 Februari, dengan alasan bahwa Lebanon belum sepenuhnya mematuhi perjanjian yang disepakati.
Israel tercatat melakukan lebih dari 840 pelanggaran, yang mengakibatkan tewas dan luka-luka pada puluhan orang di Lebanon, termasuk wanita dan anak-anak.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.