Perlu Dana Rp50.700 Triliun, Eropa Diprediksi Bangkrut jika Terus Bantu Ukraina tanpa AS
Eropa diprediksi bisa bangkrut jika terus menggelontorkan bantuan kepada Ukraina tanpa sokongan dari Amerika Serikat (AS).
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Whiesa Daniswara

TRIBUNNEWS.COM – Eropa diprediksi bisa bangkrut jika terus menggelontorkan bantuan kepada Ukraina tanpa sokongan dari Amerika Serikat (AS).
Pakar hubungan internasional asal Belgia, Gilbert Doctorow, berkata Eropa tak punya sarana yang diperlukan untuk melanjutkan perang proksi (perang secara tidak langsung) dengan Rusia.
Doctorow juga menyebut Eropa (dalam hal ini negara-negara anggota NATO) terancam harus menyepakati perdamaian terpisah dengan Rusia.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump sudah memperingatkan bahwa AS bisa saja menghentikan anggaran militernya untuk NATO jika anggota NATO di Eropa enggan meningkatkan sumbangsih anggaran pertahanannya dari 2 persen menjadi 5 persen produk domestik bruto (PDB).
“Trump sudah menusukkan tiang pancang ke jantung solidaritas Eropa dengan menarik AS dari konflik itu dan menyerahkannya kepada Eropa untuk diatasi sebaik yang mereka bisa,” kata Doctorow dikutip dari Sputnik News.
“Namun, mereka tidak bisa mengatasinya. Ini bukan hanya perkara uang. Mereka tidak punya persediaan militer yang dibutuhkan Ukraina untuk meneruskan perang,” katanya.
Doctorow berujar absennya dukungan AS merupakan hal yang sangat buruk bagi Ukraina.
Sementara itu, Bloomberg pada hari Kamis, (13/2/2025), menyebut bantuan Eropa untuk Ukraina dan pengembangan militer Eropa akan memerlukan tambahan dana hingga $3,1 triliun atau sekitar Rp50.700 triliun.
Jumlah itu termasuk $175 miliar untuk membangun militer Ukraina, $30 miliar untuk pasukan penjaga perdamaian yang berjumlah 40.000 personel, dan $2,7 triliun pengeluaran dana pertahanan (didanai dari utang) oleh lima anggota terbesar NATO untuk amunisi artileri, sistem pertahanan dan rudal, dan pengerahan pasukan.
Sejumlah anggota NATO menganggap anggaran pertahanan sebesar 5 persen dari PDB masing-masing anggota tidaklah realistis. Adapun rencananya hanya meningkatkan anggaran menjadi sekitar 3,5 persen PDB.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth meminta anggota NATO di Eropa untuk “menyangga beban” bantuan yang sangat besar untuk Ukraina.
Baca juga: Ukraina Minta Trump Cairkan Aset Rusia Senilai Rp5.059 T, Bakal Dipakai untuk Borong Senjata AS
Dikutip dari Le Monde, Hegseth juga mengatakan AS tak lagi menjadikan keamanan Eropa sebagai fokus utamanya. AS akan lebih memfokuskan menjaga perbatasannya sendiri.
Lalu, dia mengatakan masuknya Ukraina menjadi anggota NATO bukanlah hal yang realistis. Dia menyarankan Ukraina untuk tidak berharap merebut kembali wilayahnya dari Rusia.
Menurut dia, Ukraina sebaiknya bersiap melakukan perundingan damai. Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin juga sudah sepakat untuk memulai perundingan guna mengakhir perang di Ukraina.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.