Dua Tewas, Tiga Terluka Akibat Serangan Israel di Lebanon
Pada Sabtu malam, 15 Februari 2025, serangan pesawat nirawak Israel di Lebanon selatan menewaskan dua orang dan melukai tiga lainnya.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: timtribunsolo

TRIBUNNEWS.COM - Pada Sabtu malam, 15 Februari 2025, serangan pesawat nirawak Israel di Lebanon selatan menewaskan dua orang dan melukai tiga lainnya.
Insiden ini terjadi di jalan JarjouLouaizeh, wilayah Iqlim al-Tuffah.
Detil Serangan
Menurut laporan koresponden Al Mayadeen, kendaraan yang menjadi sasaran serangan tersebut terbakar setelah dihantam rudal berpemandu.
Sementara itu, pesawat tak berawak Israel juga terpantau terbang di atas Jabal al-Rihane, seperti dilaporkan oleh Jezzine National News Agency.
Pembongkaran Rumah oleh Pasukan Israel
Seiring dengan serangan udara, pasukan Israel melaksanakan operasi pembongkaran besar-besaran di beberapa lokasi, termasuk di kota Yaroun di distrik Bint Jbeil.
Pembongkaran juga terjadi di daerah hutan Labouneh serta di Kfar Kila.
Dalam waktu kurang dari satu jam setelah serangan di Iqlim al-Tuffah, pasukan Israel kembali melakukan pembongkaran yang menargetkan rumah-rumah tambahan di Yaroun.
Sebelumnya pada hari yang sama, serangan pesawat tak berawak Israel juga menargetkan lingkungan Aqaba di pinggiran Ainata Bint Jbeil, namun tidak ada korban yang dilaporkan.
Pelanggaran Gencatan Senjata
Serangan-serangan ini dianggap sebagai pelanggaran berkelanjutan terhadap perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Lebanon.
Perjanjian yang mulai berlaku pada 27 November 2024 mengharuskan penghentian semua permusuhan setelah 60 hari.
Israel seharusnya menarik pasukannya paling lambat pada 26 Januari 2025, dengan perpanjangan hingga 18 Februari 2025.
Namun, Israel tetap mempertahankan posisinya di Lebanon selatan dan melanjutkan serangan terhadap kota-kota di wilayah tersebut, yang melanggar kesepakatan gencatan senjata serta Resolusi PBB 1701.
Israel mengeklaim mendapat persetujuan dari pemerintah AS untuk mempertahankan lima pos di Lebanon selatan dan menolak rencana Prancis yang mengusulkan percepatan penarikan pasukannya.
Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, menegaskan penolakan Lebanon terhadap kehadiran Israel di lima lokasi tersebut dan menolak perpanjangan batas waktu penarikan pasukan.
Serangan dan pembongkaran yang dilakukan oleh Israel di Lebanon selatan semakin menambah ketegangan di kawasan yang sudah bergejolak ini.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.