Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Krisis Ekonomi Suriah Akibat Sanksi Barat, Rusia Terbangkan Uang Tunai Baru

Rusia mencetak uang tunai baru untuk Suriah. Apakah ini solusi dari sanksi yang ada?

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: timtribunsolo
zoom-in Krisis Ekonomi Suriah Akibat Sanksi Barat, Rusia Terbangkan Uang Tunai Baru
Kantor berita resmi Suriah, SANA.
PEMERINTAHAN SURIAH - Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa berpartisipasi dalam dialog terbuka di Aleppo, Sabtu (15/2/2025). Suriah bergantung pada Rusia untuk pencetakan uang kertas. 

TRIBUNNEWS.COM - Bank Sentral Suriah baru-baru ini menerima pengiriman uang kertas lira Suriah baru dari Rusia, yang diharapkan dapat membantu mengatasi krisis kekurangan uang tunai yang telah memperburuk kondisi ekonomi negara tersebut.

Mengutip Financial Times, pengumuman ini disampaikan pada Jumat, 14 Februari 2025, dan meskipun bank tidak mengonfirmasi jumlah yang diterima, pengiriman ini menandakan ketergantungan Suriah pada Rusia sebagai pencetak uang.

Seorang produsen dan pengecer tekstil yang meminta untuk tidak disebutkan namanya menyatakan, "Kelangkaan uang tunai telah mencapai titik kritis."

Masyarakat kini semakin ragu untuk menyimpan uang di bank, khawatir mereka tidak dapat menariknya kembali.

Mengapa Suriah Bergantung pada Rusia untuk Uang Tunai?

Goznak, perusahaan percetakan milik negara Rusia, telah menjadi penyedia utama uang kertas bagi Suriah.

Sejak lama, lira Suriah dicetak di Rusia, dan kondisi ini tampaknya tidak akan berubah dalam waktu dekat.

Menurut Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani, jika diperlukan, Bank Sentral Suriah akan memesan pengiriman mata uang cetak dari Rusia.

Berita Rekomendasi

Namun, tantangan besar tetap ada, terutama karena perusahaan pencetak uang dari Barat belum mau menambah pasokan uang tunai untuk Suriah akibat sanksi yang masih diberlakukan.

Situasi ini memaksa Suriah terus bergantung pada Goznak.

Sistem perbankan Suriah saat ini cenderung digunakan untuk tujuan komersial dan masyarakat lebih suka menyimpan uang mereka di luar sistem perbankan.

Keadaan ini diperburuk oleh perang saudara yang berlangsung selama 13 tahun, yang telah menghancurkan ekonomi negara, bersama dengan korupsi dan sanksi dari negara-negara Barat.

Baca juga: Emmanuel Macron Menyerukan Integrasi SDF yang Didukung Barat ke Dalam Pasukan Suriah

"Orang-orang tidak berbelanja karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi," ungkap seorang pengusaha tekstil.

Banyak perusahaan memilih untuk tidak beroperasi secara normal karena kekurangan uang tunai, yang menjadikan prioritas utama mereka adalah membayar gaji karyawan.

Apakah Ada Harapan untuk Kelonggaran Sanksi?

Beberapa pejabat Uni Eropa mulai menyusun rencana untuk melonggarkan sanksi secara bertahap.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas