Analis Israel: 5 Indikator Netanyahu Mau Lanjut Perang Gaza dan Ogah Negosiasi Tahap 2 dengan Hamas
Negosiasi pertukaran sandera demi gencatan senjata tahap dua antara Israel dan Hamas sejatinya sudah ditunda karena tak ada niat dari Netanyahu
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom

Begitu pentingnya sampai-sampai itu tak cuma menyangkut nasib para tahanan Israel, namun mencakup masa depan hubungan antara Israel dan seluruh kawasan.
"Menyelesaikan tahap ini dapat menjadi awal dari kesepakatan yang lebih luas tentang masa depan Jalur Gaza, sementara kegagalannya dapat menyebabkan kembalinya eskalasi militer, yang tampaknya menjadi salah satu tujuan Netanyahu untuk tetap berkuasa," menurut uraiannya.
Laporan juga menyebut kalau sumber-sumber diplomatik yang memiliki informasi juga melaporkan kalau Netanyahu menghadapi tekanan internal yang besar dari kelompok ekstrem kanan.
Tokoh-tokoh ultranasionalis Israel macam Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir memang secara lantang menolak kesepakatan apa pun yang tidak mencakup pembongkaran kemampuan militer Hamas.
Di sisi lain, laporan menunjukkan kalau ada penentangan atas suara Smotrich Cs ini dari dalam badan keamanan Israel.
"Banyak pemimpin militer yakin bahwa kegagalan negosiasi akan menyebabkan dampak keamanan yang serius bagi Israel," kata laporan itu.
Menurut sumber keamanan yang sama, "Netanyahu dan orang-orangnya terjebak dalam perangkap, dan mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di luar perhitungan politik internal. Oleh karena itu, mereka menyangkal adanya negosiasi, tetapi mereka tidak secara langsung menuduh Hamas menghalanginya negosiasi), karena itu secara implisit berarti bahwa Israel tertarik pada negosiasi."

5 Indikator Israel Mau Lanjut Perang
Menurut sumber-sumber yang terpercaya, wartawan Israel itu menyebutkan lima indikator utama yang menunjukkan bahwa Netanyahu secara sistematis berupaya mengganggu berlangsungnya tahap kedua negosiasi tersebut.
"Upaya tersebut di antaranya secara sengaja menunda dimulainya kembali perundingan, tidak menyertakan para profesional ke dalam tim perunding, membocorkan informasi palsu ke media, meyakinkan bahwa Amerika Serikat pada akhirnya akan mengatur segalanya, dan menetapkan syarat-syarat yang mustahil untuk perundingan," kata laporan itu.
Analis militer tersebut mengemukakan, keluarga para tahanan menyadari kalau pemerintah tidak serius menangani persoalan tahanan, sehingga meningkatkan tekanan di forum internasional.
Di tingkat internasional, Bergman yakin bahwa tekanan terhadap Israel meningkat dari Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir.
Namun, ia yakin bahwa "tekanan-tekanan tersebut tidak berhasil memecahkan kebuntuan, karena Netanyahu bertaruh bahwa ia dapat menunda hingga kondisi politik yang lebih baik tercapai."
Analis politik Israel itu menegaskan kalau tahap kedua kesepakatan itu sejatinya telah ditunda, menurut pernyataannya, bukan karena komplikasi teknis atau keamanannya, tetapi karena keputusan politik pemerintah Netanyahu, yang mengutamakan prioritas elektoralnya di atas pertimbangan kemanusiaan atau strategis apa pun.
(oln/khbrn/*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.