Trump Yakin Bisa Akhiri Perang Rusia-Ukraina dan Tuduh Zelensky Bersalah atas Invasi Moskow
Akhirnya, Trump menanggapi keluhan soal Ukraina tidak diundang dalam pembicaraan untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha

TRIBUNNEWS.COM - Selama konferensi pers di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengungkap ada kemungkinan dia segera bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Konferensi pers tersebut digelar setelah pertemuan pejabat AS dan Rusia di Arab Saudi pada Selasa (18/2/2025).
Trump menanggapi keluhan soal Ukraina tidak diundang dalam pembicaraan untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina.
Trump mengklaim dirinya memiliki kekuatan untuk mengakhiri perang tersebut dan menyatakan bahwa konflik ini sebenarnya sudah berjalan dengan sangat baik.
Pada kesempatan itu, Trump melontarkan pernyataan yang menyalahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atas invasi yang dilakukan oleh Moskow.
“Anda sudah terlibat selama tiga tahun. Anda seharusnya mengakhiri perang ini. Anda seharusnya tidak pernah memulainya," ujar Trump dalam konferensi pers di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, dikutip dari Al Jazeera.
"Saya bisa membuat kesepakatan untuk Ukraina,” lanjutnya.
Trump yakin perdamaian akan segera tercapai setelah perundingan di Riyadh.
“Rusia ingin melakukan sesuatu, mereka ingin menghentikan kebiadaban itu,” ujar Trump.
Saat ditanya mengenai apakah pemerintahannya akan mendukung seruan Rusia untuk mengadakan pemilihan umum di Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan damai, Trump mengklaim tanpa bukti bahwa Zelensky hanya memiliki tingkat persetujuan sebesar 4 persen.
Trump juga menyebutkan pemilihan umum Ukraina ditangguhkan karena keadaan darurat militer.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1892: Saat AS-Rusia Rundingan di Arab, Bantuan UE Mengalir ke Zelensky
Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Institut Sosiologi Internasional Kyiv pada Desember lalu, 52 persen responden masih mempercayai Zelensky, meskipun turun 12 poin dibandingkan dengan survei pada Februari.
“Ketika Anda ingin duduk di meja perundingan, bukankah orang-orang Ukraina seharusnya bertanya, ‘Sudah lama sejak kita mengadakan pemilu?’," tambah Trump.
Menurutnya, ini bukan masalah Rusia, melainkan masalah Ukraina dan beberapa negara lainnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.