TRIBUNNEWS.COM – Para pejabat Israel dilaporkan kaget ketika mendengar pernyataan Adam Boehler, seorang utusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Boehler yang mengurusi persoalan sandera itu mengatakan AS bukanlah “agen Israel” ketika diwawancarai CNN.

Pernyataan itu disampaikan setelah Israel mengkritik pertemuan pejabat AS dengan pejabat Hamas di Kota Doha, Qatar, beberapa waktu lalu. Israel tidak diberi tahu tentang pertemuan tersebut.

Dalam pertemuan itu kedua belah pihak membahas perpanjangan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Menteri Urusan Strategis Israel dilaporkan marah kepada Boehler atas pertemuan itu. Di sisi lain, Boehler mengaku memahami kekhawatiran Israel.

“Saya memahami kekhawatiran dan kecemasan itu. Saya tidak marah,” katanya perihal pembicaraan dia dengan Dermer.

“Pada saat yang sama kami adalah Amerika Serikat. Kami bukan agen Israel. Kami punya kepentingan spesifik untuk dimainkan.”

Meski demikian, Boehler mengaku sudah meyakinkan Dermer bahwa dia tidak akan “keluar dari jalur”.

“Israel adalah sekutu terbaik kami,” ucap Boehler.

Menurut narasumber The Times of Israel, pernyataan Boehler bahwa AS bukan agen Israel itu telah membuat para pejabat senior Israel “kaget”.

Sementara itu, pada hari Kamis pekan lalu utusan Trump untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff, mengakui bahwa pembebasan warga AS yang disandera Hamas merupakan prioritas utama dalam pembicaraan dengan Hamas.

Baca juga: Utusan AS: Hamas Usulkan Gencatan Senjata 5—10 Tahun dengan Israel, Rela Senjata Dilucuti

Meski demikian, dia mengaku akan terus bekerja untuk membebaskan semua sandera.

Adapun Boehler mengklaim pembicaraan dengan Hamas bukan berarti “memberikan sesuatu” kepada Hamas. Dia juga mengklaim Israel sudah diberi tahu tentang pembicaraan tersebut.

Israel mengklaim pembicaraan Boehler dengan para pejabat Hamas telah memunculkan sejumlah kemajuan.

Hamas mengaku fleksibel