Pejabat Israel Akui Kehebatan Taktik Hamas: Berhasil Sesatkan Intelijen Zionis
Kehebatan taktik Hamas diakui oleh Mantan Kepala Staf Israel Herzi Halevi. Dirinya mengatakan Hamas berhasil menyesatkan intelijen Israel.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Siti Nurjannah Wulandari

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Kepala Staf Israel Herzi Halevi mengakui soal kehebatan Hamas, yakni saat serangan Oktober 2023 lalu.
Herzi Halevi menyebut Hamas berhasil menyesatkan intelijen zionis Israel sebelum serangan 7 Oktober 2023, atau dikenal sebagai Operasi Banjir Al-Aqsa.
Hal ini memperlihatkan kegagalan keamanan besar.
Bahkan dirinya menyebut Hamas telah melakukan 'penipuan'.
“Saya tidak punya pilihan selain memuji Hamas atas 'penipuan' yang dipraktikkannya untuk melawan kami sebelum 7 Oktober,” kata Halevi dalam rekaman yang diterbitkan oleh Radio Angkatan Darat Israel, Minggu (16/3/2025).
“Mereka menggunakan kerusuhan Hamas dan fokus pada masalah kemanusiaan untuk menidurkan kita ke dalam kepuasan dan mempersiapkan serangan itu, dan mereka berhasil,” tambahnya, mengutip Palestine Chronicle.
'Kerusuhan' yang dimaksud, disebut Halevi, mengacu pada protes Palestina di tahun-tahun sebelumnya di dekat pagar yang memisahkan Gaza dari Israel.
Demonstrasi-demonstrasi ini, yang dikenal sebagai Great March of Return, menyerukan hak untuk kembali bagi para pengungsi Palestina yang terlantar pada tahun 1948 dan mengakhiri blokade di Gaza.
Halevi juga mengatakan tidak pernah membayangkan Hamas melakukan serangan Operasi Banjir Al-Aqsa.
“Dalam semua pelatihan militer yang kami lakukan dan semua diskusi yang kami selenggarakan, kami tidak pernah membayangkan bahkan 5 persen dari apa yang terjadi pada 7 Oktober (operasi Banjir Al-Aqsa),” kata Halevi.
Halevi Mengundurkan Diri
Baca juga: Tentara Israel Lepaskan Tembakan Serampangan Secara Acak di Gaza saat Rayakan Hari Raya Yahudi Purim
Pada bulan Januari 2025 lalu, Halevi mengumumkan pengunduran dirinya, dirinya undur diri lantaran merasa bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober yang dilakukan Hamas.
Hingga akhirnya dirinya secara resmi mengundurkan diri pada 6 Maret 2025.
Diketahui dalam operasi Banjir Al-Aqsa, Hamas menargetkan pangkalan militer dan permukiman di dekat Gaza, membunuh dan menangkap orang Israel.
Hamas melakukan operasi itu sebagai tanggapan terhadap kejahatan yang sedang berlangsung dari pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina dan tempat-tempat suci mereka, terutama Masjid Al-Aqsa.
Para pejabat Israel menggambarkan serangan itu sebagai kegagalan intelijen dan militer paling signifikan di Israel.
Dan sangat merusak reputasi militer dan keamanan global Israel.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.