Tak Termaafkan, Anak-anak Termasuk di Antara 32 Korban Tewas Serangan Udara AS di Yaman
Jet tempur AS melancarkan serangkaian serangan udara di Yaman, menewaskan sedikitnya 32 orang, termasuk anak-anak dan wanita, serta melukai 101.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama

TRIBUNNEWS.COM - Jet tempur Amerika Serikat (AS) melancarkan serangkaian serangan udara di Yaman, menewaskan sedikitnya 32 orang, termasuk anak-anak dan wanita, serta melukai 101 orang lainnya.
Serangan ini terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, memperingatkan kelompok Houthi agar tidak menyerang kapal-kapal di Laut Merah yang dianggap terkait dengan Israel.
Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi, serangan udara ini diluncurkan pada Sabtu (15/3/2025) dan berlanjut hingga Minggu (16/3/2025) dini hari, menargetkan ibu kota Yaman, Sanaa, serta wilayah Saada dan al-Bayda.
Sebagian besar korban yang tewas adalah anak-anak dan wanita, menurut juru bicara kementerian, Anis al-Asbahi.
Selain itu, serangan juga dilaporkan terjadi di provinsi Hajjah, Marib, Dhamar, dan Taiz.
Houthi menanggapi serangan ini dengan tegas, memperingatkan bahwa serangan tersebut "tidak akan berlalu begitu saja tanpa respons."
Kelompok ini mengecam aksi AS sebagai bentuk "agresi" dan "kebrutalan kriminal."
Ancaman Trump terhadap Houthi
Sebelumnya, Trump mengancam kelompok Houthi setelah mereka mengancam akan melanjutkan serangan terhadap kapal yang berlayar di Laut Merah sebagai respons terhadap blokade Israel terhadap Gaza.
Trump berjanji untuk menggunakan "kekuatan mematikan yang luar biasa" terhadap Houthi jika serangan tidak dihentikan.
Dia memerintahkan militer AS untuk melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap kelompok tersebut.
Baca juga: Rudal Houthi Jatuh di Sharm el-Sheikh Mesir, Diduga Mau Serang Israel Seusai Yaman Dibombardir AS
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengutuk serangan tersebut.
Araghchi menegaskan bahwa AS tidak memiliki kewenangan untuk mendikte kebijakan luar negerinya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyerukan penghentian penggunaan kekuatan dan mendorong dialog politik untuk menemukan solusi damai.
Kontroversi Seputar Serangan
Kelompok Houthi sendiri membantah klaim AS yang menyatakan adanya ancaman terhadap navigasi internasional di Selat Bab al-Mandeb, dengan menyebut pernyataan tersebut sebagai "salah dan menyesatkan."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.