Hamas: Israel Sesatkan Opini Publik, Karang Pembenaran Palsu hingga Lanjutkan Genosida di Gaza
Hamas menyebut bahwa Israel telah mencoba untuk menyesatkan opini publik dan mengarang pembenaran palsu hingga lanjutkan genosida di Gaza.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Pravitri Retno W

TRIBUNNEWS.COM - Hamas mengatakan Israel telah mengingkari perjanjian gencatan senjata, menghindari kewajibannya, dan terus melakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Pernyataan ini dikatakan oleh Hamas, Selasa (18/3/2025).
Diketahui, Israel telah melanjutkan agresinya di Gaza dengan serangan udara yang intens, mengakibatkan korban tewas sebanyak 404 jiwa, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
"Klaim yang dibuat oleh pasukan Israel mengenai persiapan untuk meluncurkan serangan terhadap pasukannya tidak berdasar dan hanya dalih palsu untuk membenarkan kembalinya perang dan meningkatkan agresi berdarahnya (di Gaza)," ujar keterangan Hamas, dikutip dari Al Mayadeen.
Hamas menyebut Israel berusaha menyesatkan opini publik dan mengarang pembenaran palsu untuk menutupi keputusan terencananya dalam melanjutkan kampanye genosida melawan warga sipil yang tidak berdaya.
Hal itu pun mengabaikan kesepakatan soal gencatan senjata yang telah dibuat.
"Hamas mematuhi perjanjian sampai saat-saat terakhir dan berkomitmen untuk kelanjutannya (gencatan senjata)," lanjut Hamas.
Hamas juga menyebut, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, lebih suka menyalakan kembali perang dengan mengorbankan darah rakyat Palestina.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Hamas menganggap Amerika Serikat (AS) mendukung serangan Israel ke Gaza.
Menurut The Wall Street Journal, Hamas menyebut Presiden AS, Donald Trump, menyalakan 'lampu hijau' agar Israel melakukan perang baru di Gaza setelah Hamas menolak untuk membebaskan lebih banyak tawanan.
Israel Konsultasi ke AS sebelum Serang Gaza
Baca juga: Netanyahu Klaim Serangan Israel di Gaza Baru Permulaan, Salahkan Hamas atas Korban Sipil
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Israel berkonsultasi dengan pemerintahan Presiden Donald Trump sebelum meluncurkan serangkaian serangan udara skala besar di Gaza pada Selasa pagi.
Pengakuan ini sekali lagi mengekspos keterlibatan dan bias terang-terangan AS yang mendukung pendudukan Israel.
Hamas mengungkapkan kepalsuan klaimnya tentang memprioritaskan de-eskalasi.
"Washington bertanggung jawab penuh atas pembantaian dan pembunuhan perempuan dan anak-anak di Gaza," ujar Hamas.
Hamas mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan segera untuk meminta pertanggungjawaban pendudukan dan para pendukungnya atas kejahatan terhadap kemanusiaan ini.
"Rakyat Palestina kami tidak akan mundur dari perjuangan mereka yang sah sampai pendudukan Israel berakhir dan hak-hak mereka sepenuhnya dipulihkan," Hamas menggarisbawahi.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.