Benarkah Nabi Musa Tak Membelah Laut Merah?
Di dalam kitab Injil dan Alquran digambarkan jika Nabi Musa membelah Laut Merah dan menyelamatkan umatnya dari kejaran bala tentara Firaun
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Di dalam kitab Injil dan Alquran digambarkan jika Nabi Musa membelah Laut Merah dan menyelamatkan umatnya dari kejaran bala tentara Firaun yang hendak menangkap mereka.
Namun, cerita itu dimentahkan oleh sejumlah peneliti dan dilansir Fox News, Selasa (21/9/2010) waktu setempat.
Menurut para peneliti, dengan menggunakan simulasi di komputer, Musa disebutkan tak membelah Laut Merah.
Sebaliknya, anginlah yang sangat luar membuat air terbelah seperti yang digambarkan di dalam kitab suci.
Simulasi komputer ini merupakan bagian dari sebuah studi besar mengenai seberapa besar dampak angin.
Selain itu, juga menunjukkan angin bisa mendorong air ke sebuah titik tertentu ketika sebuah aliran sungai bersatu dengan laguna, sebuah danau yang berbatasan dengan laut.
Penelitian ini dilakukan sebuah tim di National Center for Atmospheric Research (NCAR) dan Universitas Colorado.
"Simulasi ini hampir sama dengan kejadian dalam pelarian kaum Musa," kata Carl Drews dari NCAR yang memimpin penelitian tersebut.
"Air yang terbelah itu bisa dimengerti melalui teori dinamika air dan angin menggerakan air dan berdasarkan hukum fisika akan menciptakan sebuah jalan yang aman dengan air yang ada di masing-masing sisi dan kemudian membuat air kembali ke posisi semula," jelas Drews.
Angin
Siapa sangka, ternyata mujizat Tuhan melalui Nabi Musa untuk membelah laut, benar adanya dan hal itu bisa dibuktikan secara ilmiah.
Inti kisah dalam kitab suci perjanjian lama bahwa Nabi Musa dan pengikutnya dari Bani Israil pernah terjebak di antara dua kematian.
Maju dihadang laut merah, diam atau mundur bakal dihabisi serdadu Firaun.
Lalu Tuhan pun memberi mujizat kepada Musa, nabi tiga agama itu. Angin bertiup kencang sepanjang malam.
Lantas air laut merah pun tersibak ke kiri dan ke kanan, membentuk jalan di antara dinding air yang memberi kesempatan bagi Musa dan pengikutnya melarikan diri.
Ketika tentara Firaun mengejar mereka, tiba-tiba dinding air laut runtuh. Maka tenggelam lah mereka.
Ribuan tahun sesudah kejadian itu, kini para ilmuwan meyakini bahwa keajaiban itu merupakan fenomena alam.
Para ilmuwan dari National Centre for Atmosphere Research di Calorado Amerika Serikat, sebagaimana ditulis Daily Mail, Rabu 22 September 2010, menemukan bahwa air laut yang tersibak itu akibat gerakan angin.
Dalam sebuah simulasi komputer yang dilakukan para ahli di Colorado itu diketahui bahwa angin timur yang berhembus dengan sangat kuat selama 12 jam dalam semalam, bisa menyibak air laut.
Kondisi ini dapat menciptakan sebuah jalan tanah sebagaimana digambarkan dalam kisah Eksodus Nabi Musa itu.
Sedikit berbeda dengan deskripsi lokasi di kitab suci, bahwa para ilmuwan itu meyakini bahwa lokasi keajaiban bukan di Laut Merah, melainkan di lokasi di dekatnya -- di delta Sungai Nil, di mana sebuah sungai kuno menyatu dengan laguna.
Dari penelitian di lapangan, peta lokasi dan percobaan di laboratorium, para ilmuwan itu menemukan bahwa angin timur dengan kecepatan 63 mph yang bertiup dalam waktu 12 jam akan mendorong air -- baik di danau maupun aliran air.
Proses ini akan menciptakan jalan tanah lumpur sepanjang dua mil dan lebar tiga mil selama empat jam. Saat kecepatan angin turun, air akan kembali ke posisi awal -- mirip fenomena pasang surut.
Dalam jurnal Public Library of Science ONE, para ahli menguraikan bahwa siapapun yang terdampar dalam lumpur itu sesudah angin melemah akan berisiko tenggelam.
"Orang-orang selalu terpesona dengan kisah Eksodus Musa, meyakini bahwa itu adalah fakta sejarah. Apa yang ditunjukan dalam penelitian ini adalah bahwa deskripsi membelahnya lautan, memang masuk akal dalam hukum fiusika." kata Ketua tim peneliti, Carl Drews.
"Membelahnya laut bisa dipahami melalui dinamika fluida. Angin menggerakkan air dengan cara yang sesuai dengan hukum fisika -- menciptakan jalan aman dengan dinding air di dua sisi -- lalu air itu runtuh dan menenggelamkan jalan itu."
Simulasi komputer juga menunjukkan tanah kering bisa terlihat di dua lokasi terdekat selama badai angin.
Temuan ilmuwan tidak mirip dengan penjelasan di Perjanjian Lama. Sesuai fisika, terpisah satu sama lain, melainkan, salah satu bagian air terdorong ke sisi berlawanan.
Sebelumnya, sejumlah teori ditawarkan untuk menjelaskan fenomena terbelahnya Laut Merah secara ilmiah. Salah satunya, tsunami -- yang bisa memundurkan air laut dan kemudian memajukannya dengan cepat.
Namun teori tsunami, tidak sesuai dengan penjelasan dalam kitab suci -- bahwa membelahnya laut terjadi secara gradual, dan melibatkan angin.