Ini Sebab Ilmuwan Bilang di Mars Ada Kehidupan
Mars kerap menjadi planet yang menurut para ilmuwan planet dan ahli astronomi bisa menampung kehidupan.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM - Mars kerap menjadi planet yang menurut para ilmuwan planet dan ahli astronomi bisa menampung kehidupan. Padahal, planet Mars sangat berbeda jauh dengan Bumi.
Bumi memiliki atmosfer yang menyelimuti dan melindungi makhluk hidup dari radiasi dan benda luar angkasa, sedangkan Mars tak memiliki atmosfer. Suhu rata-rata Antartika, tempat terdingin Bumi adalah -14 celsius, sedangkan suhu rata-rata Mars adalah -27 celsius.
Lantas apa yang membuat para ahli berpikir bahwa Mars dapat menjadi "rumah kedua" bagi kehidupan?
Pertama, ilmuwan menemukan Mars mulanya mirip dengan Bumi pada berjuta-juta tahun yang lalu. Mungkin kini rata-rata suhu Mars memang cukup rendah, namun peneliti sudah memiliki bukti bahwa Mars dahulunya lebih hangat dari sekarang.
Kedua, ilmuwan percaya bahwa kehidupan tetap ada meski di daerah ekstrim sekali pun. "Kehidupan ada di setiap tempat ekstrim di Bumi. Tiap kali kami berpikir, 'Tidak mungkin ada kehidupan di sini,' tetap saja terbukti salah," jelas Jennifer Eigenbrode ahli astrobiologi dari NASA.
Ketiga, beberapa kebutuhan hidup sudah ada di Mars. Ilmuwan telah menemukan nitrogen terikat, karbon monoksida, dan bahkan cairan asin, yang dipercaya sebagai senyawa-senyawa penting untuk keberlangsungan hidup.
Keempat, diperkirakan tanah permukaan Mars mengandung mikroba hidup. Namun, hal ini masih menjadi perkiraan, sebab tanah planet luar dikatakan mengandung perklorat, yang jika terkena panas dapat menghancurkan materi organik. Jadi, ketika sampel tanah diambil dan dihangatkan di mobil laboratorium, mikroba hidup di dalamnya ikut hancur.
Meski masih menimbulkan banyak pertanyaan soal kehidupan di Mars ini, Pamela Conrad, seorang wakil kepala investigator untuk analisis sampel Mars mengatakan bahwa kemungkinan kehidupan masih ada terkubur di bawah permukaan planet tersebut.
Yang dibutuhkan hanyalah penggalian lebih dalam untuk mengenal permukaan planet tersebut dan potensi kehidupan yang ada di bawahnya, demikian ahli astrokimia Danny Glavin berkata.