Maaf Albert Einstein, Tapi Tuhan Memang 'Bermain Dadu'
Apakah Tuhan bermain dadu? Riset terbaru membuktikannya. Namun, bermain dadu di sini hanya perumpamaan.
TRIBUNNEWS.COM - Apakah Tuhan bermain dadu? Riset terbaru membuktikannya. Namun, bermain dadu di sini hanya perumpamaan.
Dalam sebuah eksperimen yang mengagumkan, ilmuwan membuktikan salah satu klaim fundamental dalam fisika kuantum bahwa benda atau partikel yang terpisah jauh tetap dapat memengaruhi satu sama lain.
Hasil penelitian itu menggugat salah satu pandangan lama dalam fisika yang disebut "lokalitas" bahwa sebuah benda atau partikel hanya bisa dipengaruhi oleh sekelilingnya.
Lebih lanjut, riset yang diterbitkan di jurnal Nature pada 21 Oktober 2015 itu juga menggugat pandangan Albert Einstein bahwa harus ada "spooky action" sehingga dua partikel yang terpisah jarak bisa saling memengaruhi.
Sederhananya, gugatan ini terkait dengan perkembangan fisika kuantum, cabang fisika yang mengurus dinamika di tingkat partikel.
Dahulu, pada masa awal perkembangan fisika kuantum, ada pandangan yang mengatakan bahwa dua obyek yang terpisah jauh bisa saling memengaruhi alias "entangled".
Ibaratnya, kalau ada elektron yang ada di rumah kita, elektron itu bisa memengaruhi elektron di ujung semesta sana jika memang ada yang bisa disebut ujung semesta.
"Entanglement" ini terjadi ketika pasangan dua atau beberapa partikel yang terpisah jarak sehingga partikel-partikel itu tidak bisa dideskripsikan secara independen, tetapi sebagai satu sistem.
Nah, Einstein tidak suka dengan gagasan itu. Ia mengungkapkan, tak mungkinlah dua obyek yang terpisah jarak saling memengaruhi. Itu terlalu random, bak Tuhan bermain dadu.
Banyak ilmuwan berusaha menghapus keraguan Einstein. Sejak tahun 1970-an, ilmuwan melakukan eksperimen untuk membuktikan adanya "entanglement" antara dua benda yang terpisah jarak.
Riset terbaru yang dilakukan oleh Ronald Hanson dari Kavli Institute of Nanoscience di Delft University of Technology di Belanda kali ini adalah yang diklaim paling mampu membantah Einstein.
Hanson bersama rekannya dari Belanda dan Inggris merancang sebuah eksperimen bernama "loophole-free Bell test". Nama eksperimen diambil dari nama John Stewart Bell, ilmuwan yang pada tahun 1970-an membantah pandangan Einstein.
Hanson dan timnya berhasil membuktikan adanya "entanglement", "hubungan" atau "keterlibatan" antara dua elektron yang dipisahkan sejauh 1,3 kilometer.
Hanson menaruh berlian yang memiliki "jebakan" untuk satu elektron. Lewat eksperimen, Hanson berhasil membuktikan adanya "entanglement" dengan berbagi informasi antar-dua elektron.
"Sekarang kami bisa mengonfirmasi adanya spooky action dalam jarak jauh," kata Hanson seperti dikutip New York Times, 22 Oktober 2015 lalu.
David Kaiser, fisikawan dari Massachusets Institute of Technology (MIT), yang tak terlibat riset, mengatakan, "Saya pikir ini eksperimen menarik dan cerdas, akan memacu bidang ini ke depan."
Namun, ia mengatakan, ada kelemahan dalam eksperimen. Pihaknya sendiri akan melakukan eksperimen yang dibilang lebih ampuh lagi.
Riset membuktikan adanya "entanglement" antar-dua partikel ini mungkin terdengar mengawang-awang. Namun, pada era digital, hasil riset ini penting.
Hanson mengungkapkan, riset ini adalah awal menuju era internet kuantum. Komunikasi kuantum atau internet kuantum digerakkan oleh partikel yang saling "entangled" satu sama lain.
Gunanya antara lain untuk keamanan komunikasi. Bisnis e-commerce, misalnya, saat ini menghadapi tantangan dalam enkrispsi yang bergantung pada kemampuan faktor angka. Perkembangan fisika kuantum akan mampu membantu. (Kompas.com/Yunanto Wiji Utomo)