2014, Revitalisasi 15 Desa Adat Terpenuhi
Kacung mengatakan, revitalisasi desa-desa adat dilakukan dalam bentuk penguatan sistem pengetahuan arsitektur bangunan desa adat melalui renovasi
Jakarta, Kemendikbud --- Dari sejumlah target revitalisasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Kebudayaan di tahun 2014 ini, revitalisasi desa adat adalah salah satu yang terealisasi. Ada 15 desa adat yang ditunjuk sebagai target revitalisasi.
Adanya desa adat ditandai dengan keberadaan sekelompok orang yang berada pada wilayah hidup tertentu dengan sistem aktivitas ekonomi seragam serta keterikatan genealogis. Prinsip hidup dan aktivitas sehari-hari desa adat memiliki keterikatan erat dengan penguasa adat (Tetua Adat, Ketua Adat, atau menurut istilah setempat), berupa aturan tidak tertulis mengenai asal-usul serta dilaksanakan dengan keyakinan dan kepercayaan yang kuat oleh seluruh warganya.
Selain keseragaman aktivitas ekonomi, desa adat juga sering ditandai dengan keseragaman sistem kepercayaan dan upacara, keseragaman pola dan gaya hidup serta keseragaman pola arsitektur bangunan, dengan sanksi yang kuat bila ada yang melanggar.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kacung Maridjan mengatakan, setelah 15 desa adat yang direvitalisasi tahun ini, target tahun depan akan lebih banyak lagi. “Ada 118 desa yang juga akan direvitalisasi tahun depan,” katanya pada jumpa pers capaian kebudayaan di Kantor Kemendikbud, Jumat (12/12/2014).
Kacung mengatakan, revitalisasi desa-desa adat dilakukan dalam bentuk penguatan sistem pengetahuan arsitektur bangunan desa adat melalui renovasi bangunan rumah adat. Melalui kegiatan ini diharapkan akan dapat melestarikan keberadaan desa adat sebagai warisan kebudayaan yang aktif (living heritage) di Indonesia.
Bentuk revitalisasi yang diberikan kepada desa-desa tersebut adalah fasilitasi dalam bentuk bantuan sosial. Adapun 15 desa adat tersebut adalah: Komunitas Desa Pekraman Sekaan di Bangli, Bali; Komunitas Desa Pekraman Bukian di Gianyar, Bali; Komunitas Desa Pekraman Banjarangkan di Klungkung, Bali; Komunitas Desa Pekraman Blangsinga di Gianyar, Bali; Komunitas Desa Pekraman Kelusa di Gianyar, Bali; Komunitas Desa Pekraman Gentong di Gianyar, Bali; Lembaga Adat Kampung Todo di Manggarai, NTT; Komunitas Desa Pakraman Petandakan di Buleleng, Bali; Kelompok Rumah Panjai Ngaung Keruh di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat; Komunitas Pelestari Kampung Adat Priangu Lewa Paku di Sumba Timur, NTT.
Selanjutnya, ada Komunitas Kampung Adat Bukaregha di Sumba Daya Barat, NTT; Kampung Dukuh Ciroyom di Garut, Jawa Barat; Lembaga Prana Adat Gubuk Karang Bajo Bayan di Lombok Utara, NTB; Yayasan Borosngora Desa Panjalu di Ciamis, Jawa Barat; dan Komunitas Kampung Adat Manola di Sumba Barat Daya, NTT. (Aline Rogeleonick)