2015, Investasi Pertanian Indonesia Bangkit
Berbagai komoditi seperti jagung, gula dan sapi menjadi primadona baru investasi pertanian. Kementerian Pertanian mencatat angkanya meningkat pesat
Penulis: Sponsored Content
TRIBUNNEWS.COM – Tidak ada yang menyangka 2015 merupakan tahun yang menjanjikan bagi investasi di bidang pertanian. Pasalnya, dari bulan ke bulan, tren investasi berbagai komoditi pertanian mengalami kemajuan yang mengesankan.
Berbagai komoditi yang menjadi primadona adalah gula, jagung, sapi, kelapa sawit, karet, kakao, dan tebu. Semua itu memberikan peluang usaha dan nilai tambah tinggi bagi para pelaku usaha.
Apalagi berdasarkan hasil pantauan di lapangan, semua itu sangat potensial dikembangkan di luar Pulau Jawa.
Pada tahun 2015, Kementerian Pertanian mencatat investasi tebu (gula), jagung, dan sapi mulai bangkit signifikan. Kini 15 Pabrik Gula (PG) existing siap memperluas kebun tebu 200 ribu ha.
Selain itu, akan ada 19 PG baru yang mengembangkan lahan 500 ribu ha. Itu semua mampu membuka lapangan kerja baru sebesar 3,87 juta jiwa.
Diharapkan, investasi PG tersebut mulai berproduksi pada 2019 mendatang.
Selain PG, investasi yang menjanjikan pun ada di komoditi sapi. Kini telah ada komitmen dengan 9 investor untuk mengembangkan pembibitan dan penggemukan sapi dengan jumlah 650.000 ekor sapi indukan yang melibatkan 50 ribu tenaga kerja.
Pada tahun 2015, beberapa investor bahkan telah memasuki tahap konstruksi dan operasi. Target produksi yang hendak dicapai pada 2019 adalah 150 ribu ton.
Sementara di bidang jagung, terdapat empat investor yang siap mengembangkan jagung pakan ternak. Target nilai investasinya mencapai Rp 4,1 triliun dan akan menyerap 817 ribu tenaga kerja.
Target produksi yang hendak dicapai pada 2019 mencapai 5 juta ton. Kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak diharapkan terpenuhi dengan total target sebesar itu.
Sementara pada bulan Oktober-November 2015, terdapat empat investasi pertanian yang telah memasuki tahap konstruksi. Pertama, PG Tambora Sugar Estate yang saat ini telah mencapai 62,9% konstruksi.
PG tersebut direncanakan melakukan giling pertama pada April 2016. Kapasitas PG tersebut besar, 5-10 ribu TCD.
Kedua, pembangunan sentra pembibitan dan penggemukan sapi potong seluas 20 ribu ha di Sumba Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Ketiga, investasi terpadu sapi dan budidaya jagung untuk pakan ternak seluas 5,0 ribu ha di Maros, Sulawesi Selatan.
Keempat, pembangunan kebun tebu dan operasional PG di Lamongan, Jawa Timur. Mereka bahkan telah melakukan tes giling pada 28 September 2015 lalu.
Keempat investasi pertanian yang telah memasuki tahap konstruksi tersebut merupakan kabar menggembirakan.
Sebab, itu menambah catatan positif investasi di bidang pertanian yang telah berkembang sebelumnya, seperti hilirisasi kelapa sawit, bio-diesel, kakao, tepung tapioka, atau pertanian organik (hortikultura).
Kementerian Pertanian sendiri telah melakukan berbagai kebijakan untuk mendukung akselerasi investasi pertanian Indonesia.
Mulai dari deregulasi penyediaan dan penyiapan lahan 2,2 juta ha; menyederhanakan persyaratan perizinan pendaftaran produk benih, pupuk, pestisida; debotlenecking dalam rekomendasi perizinan investasi, hingga deregulasi bea-masuk sapi indukan dari 5% menjadi 0%.
Selain itu, Kementerian Pertanian juga telah membebaskan biaya karantina sapi Rp 2,5 juta/ekor, menyiapkan pulau karantina, mengefektifkan penggunaan bio-diesel berbahan baku CPO, pembebasan PPN 10% pada industri Modified Cassava Flour (MOCAF), dan menerbitkan PP tentang Pembiayaan Pertanian serta PP tentang Usaha Agrowisata.
Kedua PP tersebut merupakan tindak lanjut UU No.23 Tahun 2010 tentang Hortikultura.
Adanya berbagai langkah positif itu merupakan kabar baik. Dengan sinergi berbagai pihak dan rasa semangat yang tertanam di dalam dada, pertanian Indonesia dapat maju kembali dalam beberapa tahun mendatang. (advertorial)