Blitar Panen 40.800 Ton Jagung Awal Desember
Para petani di Blitar, Jawa Timur akan panen 40.800 ton jagung awal Desember 2015. Panen itu berasal dari jagung varietas Hibrida, BISI dan Pioneer 35
TRIBUNNEWS.COM – Semakin bertumbuhnya sektor peternakan, khususnya unggas di Blitar, Jawa Timur, membuat kebutuhan akan pakan ternak seperti jagung semakin meningkat.
Sementara produksi jagung di wilayah ini masih kekurangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pakan ternak lokal.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Blitar, Nevi Setyabudiningsih mengatakan, kekurangan pasokan jagung untuk sektor peternakan lantaran areal luas tanam yang kurang mencukupi.
Di Blitar, areal luas tanam April-September mencapai 35.182 hektar, sedangkan luas tanam selama setahun Oktober 2014-September 2015 mencapai 57.277 hektar yang sebagian diperuntukkan penangkaran benih jagung.
Perusahaan penangkaran benih di Blitar sebenarnya cukup banyak, termasuk yang bekerja sama dengan petani rakyat.
Lahan yang mereka gunakan bisa mencapai 3.250 hektar, namun hanya sekitar 2.000 hektar saja yang terdaftar di Dinas Pertanian, sisanya tidak diketahui datanya.
“Kita tidak memiliki data keseluruhannya perusahaan penangkar benih jagung di sini. Mereka biasanya langsung berurusan dengan Dinas Provinsi. Memang seharusnya mereka juga melaporkan ke Dinas Pertanian Kabupaten,” ujar Nevi.
Sementara luas panen hingga September 2015 mencapai 38.309 hektar. Yang akan dipanen dalam bulan November diperkirakan mencapai 6.000 hektar yang akan menghasilkan produksi 40.800 ton.
Varietas jagung yang ditanam rata-rata menggunakan jagung Hibrida, BISI dan Pioneer 35.
"Produksi jagung di sini semua didistribusikan untuk peternak-peternak setempat yang memang cukup banyak. Untuk memenuhi kebutuhan jagung pakan ternak di wilayah sini saja masih kekurangan," ungkap Nevi di kantornya, Blitar, Jumat (6/11/2015).
Di Blitar, terdapat 5 perusahaan pakan ternak yang terdaftar di Dinas Pertanian, yaitu Sriram Genetik, ESA, Atvan, Goldenseed, dan Twin Kediri serta perusahaan-perusahaan pakan ternak tradisional yang menjadi penyerap utama produksi jagung di Blitar.
Produksi mereka semua mencapai 388.746 ton dalam bentuk bonggol atau 220.536 ton dalam bentuk pipilan.
"Untuk memenuhi kekurangan kebutuhan jagung, perusahaan pakan ternak akan mendatangkan dari daerah tetangga terlebih dahulu. Bila masih kurang biasanya mendatangkan dari Nusa Tenggara Barat. Kalau masuknya jagung impor kita tidak tahu, itu kebijakan perusahaan masing-masing," jelas Nevi.
Harga jagung di Blitar terbilang bagus dari sisi petani, yang per hari mencapai Rp 3.500 - Rp 3.600 per kilogram di tingkat petani.
Sementara di tingkat pengepul yang sudah terproses menjadi pipilan kering mencapai Rp 4.000 - Rp 4.100 per kilo gram.
"Harga saat ini bagus. Saya jualnya di harga Rp 3.600 kalau ditebaskan ke tengkulak. Kalau dalam bentuk sudah pipilan harga bisa mencapai Rp 4.000 per kilonya," ujar Ketua Kelompok Tani Mardi Tani II, Sutrisno, di Desa Ponggok, Kecamatan Ponggok, Blitar.
Namun, Sutrisno yang juga merupakan peternak ayam, mengaku harga ini memberatkannya. Karena itu, hasil panennya sebagian besar untuk pakan ternakan ayamnya sendiri, karena harga di pasaran dianggapnya terlalu tinggi.
"Kalau dari sisi petani harga segini memang sangat menguntungkan, tapi bagi peternak ini lumayan berat. Kalau menurut saya, akan lebih baik harga jagung normal di harga Rp 3.500 tapi tidak naik turun terus," ujar Sutrisno. (advertorial)