Pengungsi Merapi Memerlukan Dokter Spesialis Anak
Pengungsi korban letusan Merapi yang tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah membutuhkan relawan dokter spesialis anak.
Editor: Anita K Wardhani
Relawan kesehatan di pos pengungsian Pemkab Klaten, Sri Budiati, Minggu, mengatakan di lokasi pengungsian hanya disediakan pos kesehatan untuk masyarakat umum dari berbagai usia, belum ada dokter spesialis anak.
Padahal, sekitar 1.000 balita ikut menjadi pengungsi bersama orang tuanya. Menurut Sri Budiati yang juga konselor air susu ibu itu, kondisi darurat di wilayah pengungsian serta tekanan akibat aktivitas Merapi yang kian meningkat dapat menyebabkan kekebalan tubuh anak berkurang dan kurang diperhatikan.
Khususnya bagi bayi, kata dia, perlu ditangani dan diperhatikan secara khusus karena kondisinya yang rawan terkena penyakit.
Para pengungsi orang tua, katanya, saat ini lebih memikirkan kebutuhan pokok lainnya sehingga kebutuhan penting anak, seperti ASI, misalnya, malah dikesampingkan.
"Padahal anak tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri," katanya. Dia mengatakan, anak-anak khususnya bayi dan balita perlu dilakukan deteksi intens untuk mengetahui kondisi fisiknya.
Hal tersebut, kata dia, bertujuan untuk antisipasi dini mencegah datangnya penyakit di tengah kondisi yang ramai.
Selain itu, kata dia, kondisi ibu yang dalam keadaan depresi dapat berpengaruh pada keluarnya ASI untuk bayi.
"Maka dari itu sangat penting dalam kondisi saat ini adanya dokter anak untuk memperhatikan kesehatan anak termasuk mengontrol berat badan dan asupan gizi yang diterima anak selama berada di pengungsian," kata Sri.