Laporan Wartawan Tribunnews.com, Agustina Rasyida

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Tak mudah mengatasi pengalaman traumatis, seperti kecelakaan yang mengakibatkan nyawa orang lain melayang. Sehingga menyebabkan individu tersebut depresi.

Untuk melanjutkan kehidupan selanjutnya, pelaku kecelakaan perlu berdamai dengan masa lalu. Meskipun hal itu membutuhkan waktu. Ini seperti dialami Rasyid Amrullah Radjasa, putra bungsu Menko Perekonomian Hatta Radjasa.  

"Berdamai terhadap diri sendiri kembali lagi pada penerimaan diri individunya. Ketika si dia belum siap menerima diri yang mengakibatkan nyawa orang lain melayang, semakin lama intevensi dan rasa berdamai terhadap dirinya muncul," jelas Lia Sutisna Latif, M.Psych., Psych, staf di bagian Psikologi Forensik STIK-PTIK kepada Tribunnews.com, Rabu (2/1/2013), melalui surat elektronik.

Di sinilah peran orangtua muncul. Orangtua perlu membantu anaknya (pelaku) recovery dari insiden kecelakaan tersebut. Orangtua dapat meminta bantuan psikolog, menemani sang anak, ketika sang anak tahu adanya social judgement terhadap anaknya yang sangat mengancam, serta orangtua bisa mengarahkan emosi dan pikiran anak.

"Orangtua bisa juga mengajukan penawaran atau ajakan seperti 'mari kita selesaikan bersama, tidak perlu khawatir, kita keluarga akan tetap memegang tanganmu' atau 'kami percaya bahwa kamu anak yang mampu bertanggung jawab'. Ini perlu dilakukan Ketika si anak sudah mulai menunjukkan penerimaan dirinya," tambah Lia.

Baca Artikel Menarik Lainnya

• Inilah Beratnya Tekanan Psikologis Menabrak Orang Hingga Tewas
• Mengapa Pengobatan DR-TB Masih Rendah ?
• Obat Bedaquiline Dianggap Efektif Obati TB Lebih Cepat
• Kuman Mengintai Anak yang Suka Minum Pakai Dot Sambil Tidur