TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Down Syndrome (DS) atau sindroma Down pertama kali dikenal ketika Dr John Langdon Down tahun 1866 seorang dokter Inggris untuk pertama kalinya menggambarkan ciri-ciri karakteristik sindroma tersebut. Setelah diperkenalkan, dikaji dan diuji selama hampir satu abad.

Menurut Ketua Penyelenggaran Jalan Sehat Bersama Keluarga Sindroma Down Rina Niawati, pada saat ini DS dipahami sebagai kelainan genetik akibat kelebihan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan semasa embrio.

"Karakteristik anak down syndrome bisa diketahui dari wajah cenderung datar tanpa pengkal hidung, rambut tipis/halus, leher tebal, mulut kecil serta lidah kadang menjulur. Selain itu tonus otot lembek dan lemah," katanya pada acara jumpa pers Perayaan Hari Sindroma Down Dunia 24 Maret 2013 di Jalan Lodaya, Rabu (20/3/2013).

Dan di Indonesia, ujarnya, DS mulai populer ketika dilakukan kampanye pertama oleh Persatuan Orang Tua Dengan Anak Down Syndrome atau POTADS di Monas, Jakarta pada 7 November 2000.

Dan dalam rangka memperingati Perayaan Hari Sindroma Down Dunia yang akan diperingati 24 Maret 2013 nanti, POTADS Bandung menggelar acara Jalan Sehat Bersama Keluarga Sindroma Down.
Acara akan digelar di kawasan Car Free Day Jalan Dago Kota Bandung dan akan diikuti oleh sekitar 450 anak pengindap down syndrome.

" Ini kegiatan pertama di Bandung. Pada acara ini akan digelar berbagai kegiatan seperti jalan santai keluarga dengan anak down syndrome dari Gedung Agrowisata lalu turun ke Cikpayang dan naik ke Gedung Agrowisata. Kemudian ada talkshow dan pojok kosultasi bukan hanya keluarga atau anak down syndrome tapi juga untuk semuanya," katanya.