Laporan Reporter Tribun Jogja, Ikrob Didik Irawan

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Masyarakat masih menganggap remeh sakit batuk berkepanjangan. Padahal batuk terus menerus selama dua minggu adalah satu diantara beberapa gejala penyakit tuberculosis (TBC).

Kepala BBKPM Solo, dr Sigit Priohutomo MPH mengatakan, selama ini masih banyak yang acuh tentang batuk ini. Meski batuk dalam waktu lama, masyarakat masih ogah-ogahan periksa ke dokter.

"Padahal batuk selama dua minggu berturut-turut, wajib periksa ke dokter untuk memastikan apakah TBC atau penyakit lain," kata Sigit saat melakukan sosialisasi TBC di CFD.

Akibat sikap acuh ini, para penderita TBC sering kali terlambat masuk ke rumah sakit. Imbasnya bisa fatal, karena penanganan yang terlambat bisa mengakibatkan kematian. Padahal bila ditangani secara cepat dan tepat, TBC bisa sembuh.

"Obat TBC ini gratis disediakan pemerintah. Masyakat harus segera periksa bila batuk berkepanjangan," kata Sigit.

Kendala lain pencegahan TBC adalah minimnya pengatahuan masyarakat tentang penularan penyakit. Masyarakat sering meludah sembarang atau batuk tak menutupi mulut. Beberapa penderita TBC juga emoh memakai masker.

"Penularan TBC paling banyak melalui udara, yakni batuk dan bersin. Cara penularan lain adalah merokok dan lingkungan tak sehat," ujar Sigit.

Menurut Sigit, BBKPM Solo setiap bulan menerima kunjungan sekitar 5 ribu pasien setiap bulan. Mereka adalah penderita TBC atau sekedar memeriksakan diri. Bila dirata-rata, dalam setahun kunjungan pasien bisa mencapai 52 ribu orang.

"UGD kita buka 24 jam. Fasilitas pengobatan kita juga cukup lengkap, jadi bila ada keluhan batuk masyarakat silakan datang," kata Sigit. (*)