Minat Orangtua Bawa Balitanya Ke Posyandu Mengecil, Ini Penyebabnya
Minat orangtua membawa anak balitanya ke Posyandu mengecil. Inilah penyebab dan solusinya.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Kesadaran orang tua untuk memeriksakan anak balitanya secara rutin di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) masih terbilang rendah. Padahal, pemeriksaan rutin seperti menimbang berat dan mengukur tinggi anak di Posyandu sangat diperlukan untuk memantau masa kembang anak. Gangguan pertumbuhan (growth faltering) pun bisa terdeteksi dan diatasi lebih dini.
Hal ini disampaikan Prof. Ali Khomsan, Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, saat jumpa pers Kontes Nasional Kader Posyandu di Hotel Mercure, Ancol, Selasa (8/10/2013). Acara ini digelar oleh Tim Penggerak PKK Pusat dan didukung oleh Dancow Batita Nestle Indonesia.
Mengutip data Riskesdas 2010, Ali mengatakan semakin tinggi umur kelompok anak, semakin rendah cakupan penimbangan rutin (anak harus rutin ditimbang sebulan sekali sampai usia lima tahun).
Data menunjukkan, sebanyak 68,6 persen orangtua dengan anak kelompok usia 6-11 bulan pergi ke Posyandu secara rutin atau lebih dari empat kali dalam waktu enam bulan.
Namun saat usia anak mulai beranjak, jumlah orang tua yang pergi ke Posyandu mulai berkurang. Pada kelompok usia 12-23 bulan, diketahui hanya 56,5 persen orang tua saja. Jumlahnya lalu semakin berkurang menjadi 39,1 persen pada kelompok usia 48-59 bulan.
Menurut Ali, ada beberapa faktor penyebab mengendurnya kunjungan rutin orang tua ke Posyandu.
"Orang tua cenderung merasa tidak perlu lagi menimbang dan memeriksakan anaknya di posyandu setelah anak diimunisasi pada usia tiga tahun," ujar Ali.
Sebagai solusi, ada baiknya posyandu diintegrasikan dengan fasilitas PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). "Sehingga ibu bisa sekaligus membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang," kata Ali.
Di samping itu, hal sepele seperti rasa malas atau sibuk karena pekerjaan juga menjadi penghalang.
Oleh karenanya, para kader posyandu diharapkan turut berperan aktif untuk "menjemput bola" dengan mengunjungi ke rumah orang tua yang jarang membawa anaknya ke Posyandu.
Kepemilikian KMS (Kartu Menuju Sehat) juga menjadi tantangan tersendiri. Ali mengatakan masih banyak orang tua datang ke posyandu tanpa KMS karena lupa simpan di mana atau hilang.
"Percuma kalau ke posyandu tanpa KMS. Perkembangan bayi tidak bisa diukur," tutur Ali.