Obat Alternatif Tak Cocok untuk Sembuhkan Autisme, Terapi Tingkah Laku Lebih Manjur
Tak ditemukannya obat yang bisa menyembuhkan autisme menjadikan sebagian orangtua frustasi. Mereka beralih ke terapi-terapi alternatif
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Tak kunjung ditemukannya obat yang bisa menyembuhkan autisme menjadikan sebagian orangtua frustasi. Kondisi ini menyebabkan mereka beralih ke terapi-terapi alternatif yang dianggap bisa "menyelamatkan" anak-anaknya dari gejala ini.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan oleh Journal of Behavior and Development Pediatrics menemukan, sebanyak 40% orangtua dari 600 anak usia dua hingga lima tahun menggunakan obat seperti homeopati, melatonin, dan probiotik dalam rangka meringankan anak-anaknya yang bermasalah dengan kondisi psikisnya.
Studi tersebut menemukan, penggunaan obat-obat pelengkap dan alternatif (CAM) kepada anak-anak penyandang autisme 10 persen lebih besar dibanding anak-anak yang tidak. Sebesar 7% orangtua memberlakukan kebiasaan diet dengan mengurangi gluten dan kasein yang diyakini oleh para orangtua bisa mengurangi peradangan yang dapat memperburuk autisme.
Beberapa orangtua juga melakukan tindakan-tindakan yang relatif berbahaya bagi anak-anaknya yang tidak ada rujukan ilmiahnya sama sekali. Misalnya adalah melakukan penyuntikan vitamin B12.
Melihat fenomena yang sedemikian rupa, para peneliti mendesak para dokter anak untuk berbicara dengan orangtua mengenaik pengobatan komplementer yang kerap diaplikasikan pada anak-anaknya. Dokter juga harus memberi edukasi kepada orangtua mengenai potensi risiko juga manfaat, jika memang ada.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pediatrics tahun lalu, penggunaan CAM juga banyak diberikan kepada pasien-pasien penyakit kronis lainnya seperti asma.
"Terlepas dari bagaimana keluarga membuat keputusan ini, penyedia layanan kesehatan harus secara proaktif mempelajari terapi apa yang digunakan. Juga aktif dalam diskusi-diskusi mengenai pentingnya pemahaman konsep-konsep dan urutan ketika ingin memutuskan sebuah terapi pengobatan," tulis para penulis dalam jurnal.
Para peneliti juga lebih menyarankan untuk menggunakan alih-alih menggunakan obat alternatif. Mereka yakin, upaya ini bisa berkontribusi terhadap perkembangan si anak yang menyandang autisme. (TIME)