Waspadai Iritasi Mata Akibat Debu Vulkanik
Pengguna lensa kontak diharapkan menyadari hal ini dan melepas lensa kontak mereka untuk mencegah terjadinya abrasi kornea.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Gusti Sawabi
TRIBUNNEWS.com, JAKARTA - Gangguan pernapasan akibat menghirup abu vulkanik ditentukan konsentrasi partikel di udara, proporsi partikel halus dalam abu, frekuensi dan lama pemaparan, kehadiran silika kristal dan gas vulkanik atau aerosol yang tercampur dengan abu, serta kondisi meteorologi.
"Tapi umumnya iritasi mata merupakan dampak kesehatan umum yang sering dijumpai. Hal ini terjadi karena butiran‐butiran abu yang tajam dapat merusak kornea mata dan membuat mata menjadi merah," kata Dr M Syahril Mansyur SpP MPH, Direktur Utama RSUP Persahabatan-Jakarta, Sabtu (15/2/2014).
Pengguna lensa kontak diharapkan menyadari hal ini dan melepas lensa kontak mereka untuk mencegah terjadinya abrasi kornea. Lalu apa tanda‐tanda umum antara lain merasakan seolah‐olah ada partikel yang masuk ke mata?
"Mata menjadi sakit, perih, gatal atau kemerahan. Biasanya mengeluarkan air mata dan lengket, kornea lecet atau tergores, mata merah akut atau pembengkakan kantong mata sekitar bola mata karena adanya abu, yang mengarah pada memerahnya mata, mata terbakar dan menjadi sangat sensitif terhadap cahaya," katanya.
Abu vulkanik juga bisa menyebabkan iritasi kulit meskipun kasusnya jarang ditemukan. Ini jika abu vulkanik tersebut bersifat asam. Tanda‐tandanya iritasi dan memerahnya kulit.
Dampak tidak langsung akibat abu vulkanik
Selain risiko kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, dampak tidak langsung dari hujan abu besar juga harus dipertimbangkan. (Eko Sutriyanto)