Hasil Penelitian: Penderita Migrain Berisiko Terkena Silent Stroke
Sebuah penelitian baru mengungkap, penderita migrain berisiko terkena silent stroke
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah penelitian baru mengungkap, penderita migrain berisiko terkena silent stroke. Silent stroke ini adalah salah satu jenis stroke iskemik yang ditandai dengan bekuan darah di pembuluh yang memasok darah ke otak.
Meski tanpa gejala atau tanda, namun efeknya masih cukup besar, yakni menimbulkan kerusakan pada bagian otak yang dalam jangka panjang memicu kehilangan memori.
Para peneliti mempelajari satu kelompok yang terdiri dari 546 orang dewasa beragam etnis, yang merupakan bagian dari Northern Manhattan Study di New York City, sebuah kolaborasi antara University of Miami dan Columbia University. Para responden tersebut berusia rata-rata 71 tahun, di mana 104 di antaranya memiliki riwayat sakit kepala migrain. Ketika membandingkan hasil tes MRI, para peneliti menemukan, seseorang yang punya riwayat sakit kepala migrain dua kali lebih mungkin terkena silent stroke.
American Stroke Association menganggap, silent stroke sebagai faktor risiko untuk stroke di masa depan yang memicu kerusakan otak yang lebih besar. Bahkan, setelah disesuaikan dengan faktor risiko stroke lainnya, termasuk tekanan darah tinggi, peningkatan risiko untuk silent stroke masih ada bagi para penderita migrain.
Namun Dr. Teshamae Monteith, M.D., pemimpin studi, mengungkap, risiko ini masih relatif kecil.
"Saya tidak percaya penderita migrain perlu khawatir, karena risiko stroke iskemik pada penderita migrain dianggap kecil," kata Monteith dalam sebuah pernyataan. "Namun, mereka yang punya riwayat migrain dan faktor risiko vaskular mungkin seharusnya mempertimbangkan untuk merubah gaya hidup dan mengurangi risiko stroke, seperti berolahraga, mengonsumsi makanan rendah lemak atau mengonsumsi banyak buah dan sayuran."
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan, penderita migrain berusia muda memiliki risiko stroke yang lebih tinggi. Namun, tak tergantung pada usia mereka, penderita migrain disarankan untuk mendiskusikan sakit kepala yang diderita dengan dokter.
"Meski penderita migrain berisiko terkena silent stroke, kami masih tidak tahu apakah pengobatan untuk migrain akan berdampak pada pengurangan risiko stroke," kata Monteith dalam sebuah pernyataan, "namun, mencari pengobatan dari spesialis migrain jika sakit kepala yang diderita berada di luar kendali, adalah sebuah ide yang baik." (Intisari/Huffingtonpost)