Indonesia Butuh Sofobuvir untuk Obati Hepatitis C
Kebanyakan pasien mengetahui keadaannya dalam situasi yang sudah sangat kronis dan tidak dapat diselamatkan lagi.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia sangat membutuhkan Sofobuvir sebagai obat untuk menyembuhkan Hepatitis C. Apalagi kebanyakan pasien mengetahui keadaannya dalam situasi yang sudah sangat kronis dan tidak dapat diselamatkan lagi.
"Angka kematian akibat penyakit ini tiga kali lebih mematikan dibandingkan HIV dan AIDS. Saat ini estimasi jumlah pasien Hepatitis C nomor tiga terbesar didunia yaitu kurang lebih tujuh juta jiwa," kata Aditya Wardhana Direktur Indonesia AIDS Coalition (IAC) di Jakarta, Kamis (26/6/ 2014).
Dia mengajak semua pihak untuk secara serius mengupayakan agar obat Hepatitis C generasi kedua / Direct Acting Antiviral (DAA) seperti Sofosbufir bisa segera didistribusikan dengan harga terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
"Pemerintah Indonesia perlu mengambil tindakan yang dipandang perlu guna mempercepat proses tersedianya obat Hepatitis generasi kedua ini," katanya.
Tahun 2013, Food and Drug Administration (FDA) Amerika telah menyetujui obat baru Hepatitis C Sofosbuvir dengan nama merek dagang Sovaldi dari Gilead Sciences.
Sofosbuvir secara efektif dapat menyembuhkan Hepatitis C dengan tingkat keberhasilan lebih dari 90 persen dengan kombinasi bersama terapi lain. Sofosbuvir adalah Direct Acting Antivirals (DAA) untuk Hepatitis C sebagai obat oral yang dapat diminum dengan atau tanpa makan terlebih dahulu.
Sofosbuvir digunakan dengan kombinasi ribavirin atau bersama ribavirin dan pegylated interferon untuk pengobatan Hepatitis C. Hepatitis C genotip 1 atau 4, pengobatannya menggunakan Sovaldi+pegilated interferon alfa+ribavirin selama 12 minggu.
Hepatitis C genotip 2, pengobatannya menggunakan Sovaldi+ribavirin selama 12 minggu. Hepatitis C genotip 3 pengobatannya menggunakan Sovaldi+Ribavirin selama 24 minggu.