Agar Jamaah Haji Indonesia Tidak Ketularan Ebola, Hindari Unta dan Cegah Dehidrasi
Jauhi unta dan jangan sampai dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Itu sedikit dari beberapa cara cegah ketularan Ebola di Tanah Suci.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Penyebaran virus ebola yang mewabah di sejumlah negara di Afrika Barat kian tak terkendali seiring terus bertambahnya jumlah penderita. Oleh karena itu, meski visa bagi sedikitnya 7.400 anggota jemaah haji dari negara terjangkit ebola tak dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi, jemaah haji asal Indonesia perlu waspada terhadap penularan virus itu selama berada di negara tersebut.
Data Kementerian Agama mencatat, jemaah haji asal Indonesia yang berangkat ke Arab Saudi tahun 2014 mencapai 168.800 orang, terdiri dari 155.200 anggota jemaah reguler dan 13.600 anggota jemaah plus. Dalam pelaksanaan, biasanya ada jemaah batal berangkat karena sakit, meninggal, atau tidak siap.
Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti, Rabu (3/9), di Jakarta, mengatakan, sebisa mungkin jemaah haji memakai masker saat berada di tengah kerumunan. Hal itu untuk mencegah penularan virus ebola ataupun sindrom pernapasan Timur Tengah disebabkan virus korona (MERS-CoV).
Oleh karena itu, jemaah haji dianjurkan berperilaku hidup bersih dan sehat serta tidak mendekati unta. Jemaah haji juga mesti mencegah dehidrasi yang bisa menurunkan daya tahan tubuh karena suhu setempat bisa mencapai 40 derajat celsius.
Penyelenggaraan ibadah haji tahun ini dibayangi wabah ebola. Untuk itu, Pemerintah Arab Saudi membatasi pengiriman jemaah haji, terutama dari negara-negara terjangkit ebola. Namun, ada potensi penularan virus itu ke jemaah haji di Arab Saudi.
Antisipasi
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil, kemarin, di Jakarta, menyatakan, Kementerian Agama bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan berupaya menangkal kemungkinan penyebaran virus ebola kepada jemaah asal Indonesia di Arab Saudi. Saat bersamaan, jemaah diimbau menjaga kesehatan, waspada, dan memeriksakan diri ke dokter jika ada gejala sakit selama ibadah haji.
”Bersama Kementerian Kesehatan, kami sudah menyiapkan prosedur pencegahan dan penanganan virus ebola. Kuncinya, jemaah harus menjaga kesehatan agar tidak lemah dan mudah terjangkit virus itu,” katanya.
Abdul Djamil menjelaskan, untuk antisipasi penyebaran virus ebola, setiap satu kelompok terbang disediakan tiga tenaga medis, termasuk dokter. Di Mekkah dan Madinah, ada balai kesehatan, lengkap dengan puluhan tempat tidur untuk perawatan jemaah sakit. Jika mengalami gejala sakit, apa pun jenisnya, jemaah bisa melapor ke tim medis agar segera ditangani.
”Kami memberi informasi cukup tentang virus ebola, tetapi tidak berlebihan karena nanti jemaah malah panik. Kami bersama tim dari Kemenkes, bekerja membimbing, melayani, dan melindungi jemaah,” katanya.
Secara terpisah, Ali Ghufron menjelaskan, setiap 200-300 anggota jemaah didampingi seorang dokter dan dua perawat. Jadi, ada sekitar 670 dokter dan 1.300 perawat mendampingi
jemaah haji. ”Dulu, banyak dokter yang bertugas sekalian menunaikan ibadah haji. Tahun ini, 50 persen dokter bertugas khusus mendampingi jemaah haji,” kata Ali Ghufron.
Jika sakit, jemaah dianjurkan segera melapor kepada petugas kesehatan. Informasi ada jemaah sakit akan diteruskan ke Indonesia melalui sistem informasi kesehatan. Jadi, jika jemaah itu diduga terinfeksi penyakit menular, pencegahan dan perawatan disiapkan di dalam negeri.