Kisah Horor Peneliti Pengembangan Stem Cell
Ada cerita horor di balik proses produksi massal pengembangan stem cell (sel punca) di Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ada cerita horor di balik proses produksi massal pengembangan stem cell (sel punca) di Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga Surabaya.
Adalah Prof Fedik Abdul Rantam sang penggagas regenerasi sel memang tak pelit ilmu. Ia mengawal terus proses pengolahan sampel yang dijadikan bahan baku stem cell di laboratorium ITD. Felix setia menemani para peneliti yang memanfaatkan fasilitas laboratorium stem cell yang dikepalainya.
Aktivitas para peneliti ini lebih banyak di malam hari. Bagi orang pada umumnya, berada dalam gedung ITD malam hari akan terasa merinding.
Mahasiswa Unair atau UA mengenalnya sebagai gedung wingit. Gedung yang akrab dengan dedemit dan makhluk gaib.
"Ya di sini memang wingit (angker) kalau malam. Tapi Gedung itu, kami-kami para peneliti di sini sudah tidak mempan dengan penampakan," kata Fedik sembari tertawa.
Perbincangan siang itu kemudian sedikit beralih ke pengalaman 'dihantui' dedemit dari beberapa peneliti.
Terlepas dari cerita angker itu, para peneliti tetap serius melakukan riset agar stem cell bisa jadi `obat' . Stem cell ini dibuat dengan menggunakan sel puncu atau sel induk yang telah dikembangkan. Prinsip penyembuhan dilakukan dengan menanam sel hasil pengembangan ini dalam tubuh.
Tujuannya menggantikan sel mati, rusak, dan berpenyakit, sehingga organ-oragan yang terganggu atau rusak bisa berfungsi kembali.
Riset menunjukkan teknologi stem cell memiliki kekuatan ampuh untuk menyebuhkan berbagai penyakit dan kerusakan organ.
Bahkan para pasien penyakit ini dikenal tanpa harapan, macam HIV/AID, diabetes militus (kencing manis), remuk tulang, dan berbagai kanker, punya harapan untuk diselamatkan.
Kalangan dokter menyebut teknologi stem cell sebagai era baru dunia kedokteran.
Keberhasilan ITD UA memproduksi stem cell ini lebih maju dibanding Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro.
Selain bisa memproduksi, ITD sudah bekerjasama dengan Kimia Farma. Perusahaan milik negera inilah yang akan menjadi motor produksi stem cell massal hasil riset bertahun-tahun para awak ITD.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.