Di Sinilah Tempatnya Limbah Bahan Berbahaya Beracun Diolah
Kalau limbah rumahtangga di buang ke TPA, bagaimana dengan limbah Bahan Berbahaya Beracun? Lokasi inilah jawabannya...
Penulis: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Ke mana limbah di buang? Di benak banyak orang mungkin langsung terbayang lokasi pembuangan sampah yang layak disebut 'Tempat Pembuangan Akhir' (TPA). Sebut saja contohnya TPA Bantar Gebang di Bekasi atau TPA Talang Agung di Malang, Jawa Timur.
Tapi bagaimana dengan 'sampah beracun' atau istilah kerennya Limbah Berbahaya Beracun (B3) diolah dan dibuang? Ke manakah limbah baterai, limbah aki bekas, limbah aneka industri yang mengandung racun merkuri tinggi diolah? Nah, yang satu ini barangkali belum banyak yang tahu.
Tapi bila Anda menyusuri kawasan Jalan Raya Narogong, Desa Nambo, kawasan Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, maka bisa Anda temukan bukit-bukit olahan limbah yang menjulang tinggi.
Pengolahnya adalah PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI), perusahaan pengolah limbah dari Jepang. Perusahaan ini mengolah limbah B3 hingga 160 ribu ton per tahun. Limbah yang dikelola datang dari sekitar 1.000 perusahaan. "Dari jumlah itu, top customer-nya sekitar 200-300 perusahaan," tutur Syarief Hidayat, Direktur Operasional PPLI, menjawab Tribunnews.com, Kamis (2/10/2014).
Limbah berat maupun ringan dari ratusan perusahaan dikirim ke tempat ini setiap hari. Limbahnya dipisahkan dari endapan padatannya. Setelah kandungan racunnya dipisahkan, maka endapan (padatan) dari limbah tersebut tidak dibuang langsung ke tanah tapi ditimbun membentuk gunungan menjulang tinggi.
Agar tidak mencemari tanah, gunungan bekas limbah tersebut dilapisi sejenis terpal antibocor, baik pada lapisan bawah maupun di atasnya (penutup). Dengan demikian, tidak langsung bersinggungan dengan tanah, apalagi mencemarinya.
Menurut Presiden Direktur PPLI Koji Kuroki, macam-macam limbah dari berbagai perusahaan disetor ke tempat ini, mulai dari kosmetik yang sudah kadaluarsa, makanan kadaluarsa, limbah barang-barang elektronik, cukai rokok dan macam-macam.
"Tapi kami tidak terima limbah radioaktif dan limbah eksplosif (bisa meledak)," tutur Koji Kuroki. Tarif pengolahan limbah di sini tentu berbeda.
Direktur Operasional Syarief Hidayat bertutur, tinggi rendahnya tarif tergantung tingkat kesulitan mengolah limbah. "Ya logikanya, limbah dari perusahaan makanan tentu tidak seberat limbah pabrik otomotif atau pabrik elektronik. Tentu tarifnya beda," tutur Syarief.
Bukit limbah alias Landfill (tempat pembuangan limbah akhir PPLi) sendiri dirancang sesuai standar Indonesia, Bank Dunia dan US-EPA. Limbah berbahaya beracun yang telah stabil secara langsung akan ditempatkan pada tempat penampungan akhir limbah landfill tersebut.
Metode dan material yang digunakan pada pembangunan landfill ini terjamin integritasnya. Air limbah (yang disebut air lindi) yang larut dalam limbah, terperangkap oleh lapisan kedap air HDPE (High Density Poly Ethilen) dan akan dikumpulkan dan diolah langsung dilokasi.
“Intinya PPLi menyediakan proses daur ulang, pengumpulan, penanganan hingga pembuangan yang aman untuk limbah beracun dan limbah tak beracun,” ujar Arum Tri Pusporini, Manajer Humas PPLI.
Mencegah Bahaya Limbah B3
Koji Kuroki mengggarisbawahi, kebutuhan industri Indonesia terhadap jasa pengolahan limbah dipastikan akan terus bertambah seiring tumbuhnya industri.
Indonesia dengan hutannya, menempatkan negara ini sebagai negara megabiodiversitas dan mega center keanekaragaman hayati dunia. Sebanyak 10% hutan hujan dunia terletak di wilayah Indonesia, ini dasarnya kenapa Indonesia disebut paru-paru dunia.
Namun, keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya kian hari kian terancam keberadaannya, akibat deforestasi dan pengerusakan ekosistem secara liar. Perusakan hutan tanpa belas kasihan demi memperoleh keuntungan terus terjadi.
Salahsatu penyebabnya adalah Kehadiran industri-industri baru yang membuang limbahnya dengan tak mengindahkan resikonya bagi lingkungan. Limbah beracun berbahaya (B3) yang mereka hasilkan dibuang dengan tidak bijak alias serampangan.
Akibatnya bukan saja dapat mematikan kesuburan tanah, tetapi air yang terkandung dalam tanah juga dapat terkontaminasi hingga tak layak untuk dimanfaatkan manusia.
“Perkembangan teknologi dan kemajuan jamanyang tidak disertai oleh kesadaran lingkungan juga telah mengakibatkan timbulnya permasalahan lingkungan di seluruh dunia.Seperti yang kita ketahui, lingkungan hidup telah menjadi kunci utama untuk kelangsungan hidup manusia,” tuturnya.
Menurut pria kelahiran negeri Sakura Jepang tersebut, eksploitasi lingkungan diyakini akan memberikan dampak kerusakan alam bagi kehidupan manusia. Namun sebaliknya, pengelolaan yang tepat dari lingkungan dan sumber daya alam pasti akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Pihaknya melihat pengelolaan dan pengaturan (management) limbah industri harus benar-benar diperhatikan, “Karena itu yang sekarang menjadi masalah serius dunia dan membutuhkan perhatian khusus kita sebagai warga dunia,” tandasnya.
Dalam mendukung upaya melestarikan lingkungan hidup dari kerusakan tersebut, PPLi sebagai pelopor pengelolaan limbah berbahaya di Indonesia mengajak industry-industri di Indonesia untuk mulai bersama-sama menjaganya dengan mengelola limbahnya dengan benar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.