Bintang Iklan Ini Terserang Kanker Karena Merokok Empat Bungkus Sehari
Wajah dan suara seraknya muncul di sejumlah televisi dan beberapa bioskop dalam iklan kampanye Berhentilah Merokok Sebelum Rokok Menikmati Anda
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunenws.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mendengar nama Manat Hiras Panjaitan mungkin terasa asing, tapi orang akan bisa tahu saat sosoknya karena belakangan ini wajah dan suara seraknya muncul di sejumlah televisi dan beberapa bioskop. Ya, pria ini bintang iklan kampanye Berhentilah Merokok Sebelum Rokok Menikmati Anda.
Iklan ini ditayangkan di YouTube, stasiun televisi nasional yakni ANTV, TRANS TV, Trans7, MNC TV, Metro TV, TV One dan Global TV juga bioskop. Dalam iklan layanan itu, ia berbagi pengalaman dan mengharapkan jangan ada lagi jatuh seperti yang dialami.
Lantas bagaimana ceritanya bisa mengalami kondisi seperti itu? Panjaitan menyatakan, dirinya mulai merokok di usia muda. Puncaknya, dalam sehari bisa empat bungkus.
"Empat tahun lalu, saya didiagnosa mengidap kanker pada pangkal tenggorokan dan diwajibkan untuk dioperasi dengan dilubangi di leher," kata aktivis Aliansi Masyarakat Korban Rokok Indonesia
saat peluncuran Iklan Layanan Masyarakat " Berhentilah Merokok Sebelum Rokok Menikmati Anda", di Jakarta, Jumat (10/10/14).
Kondisi ini membuat Panjaitan yang dikenal sebagai sosok religius dan tetua komunitas yang sering diminta berbicara pada acara-acara komunitas dan bernyanyi di paduan suara gerejanya tidak bisa beraktivitas.
"Saya sudah tidak lagi dapat bernyanyi atau berbicara pada acara-acara publik. Saya mau menggunakan suaranya untuk mendukung kampanye anti tembakau sehingga jangan sampai ada lagi jatuh korban seperti saya," katanya.
Sebenarnya, untuk menghentikan kebiasaan merokok yang telah dilakukan sejak 1975 telah dilakukan istrinya. "Saya ngomel pun percuma, dia tidak peduli bahkan sampai empat bungkus seharinya," kata istri Panjaitan.
Akibat sakit kanker ini tidak hanya mengorbankan diri sendiri tapi juga orang lain terutama keluarga. Pasalnya mereka harus banting tulang untuk membiayai pengobatan.
Disingung mengenai kampanye menggunakan audio visual ini, Panjaitan yakin audio visual pesan yang efektif dan pesannya mudah dimengerti. "Produksi layanan kita buat bahasa yang mudah cerna, dimengerti semua suku," kata Panjaitan.