Tetap Langsing dan Sehat Meski Makan Nasi
Satu cangkir nasi yang sudah dimasak mengandung sekitar 200 kalori, sebagian besarnya berupa tepung.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini, para ahli merilis hasil penelitian tentang cara memasak nasi, yang dapat memangkas kandungan kalori dalam jumlah yang sangat signifikan.
Nasi bisa dikatakan sebagai kehidupan banyak bangsa. Sembilan puluh persen orang Asia menjadikan nasi sebagai makanan pokoknya. Begitu juga di Karibia, hanya bedanya, mereka mencampur nasi dengan kacang-kacangan. Di Amerika Serikat, sebagian orang juga mengonsumsi nasi dalam jumlah moderat.
Nasi populer karena bisa dipadukan dengan macam-macam lauk dan sayur, harganya juga relatif murah. Tapi, seperti kebanyakan makanan bertepung, nasi penuh dengan karbohidrat. Konsumsi nasi putih berlebihan, disebut-sebut ada kaitannya dengan peningkatan risiko diabetes.
Satu cangkir nasi yang sudah dimasak mengandung sekitar 200 kalori, sebagian besarnya berupa tepung yang di dalam tubuh diolah jadi gula dan jika tidak terpakai, disimpan sebagai lemak.
Kabar baiknya, kini ada cara baru memasak nasi yang dapat memotong kandungan kalori hingga 50 persen.
Seorang mahasiswa program sarjana di College of Chemical Sciences di Sri Lanka bersama dosen pembimbingnya belum lama ini menemukan cara menanak nasi yang lebih sehat, yaitu memotong jumlah kalori di dalam nasi yang ditanak. Tak cuma itu, cara mereka menanak juga menawarkan beberapa manfaat sehat yang lain.
"Cara kami menanak nasi hampir sama dengan cara kalian. Didihkan air, sebelum memasukkan beras, kami tambahkan minyak kelapa sebanyak 3 persen dari berat beras yang akan ditanak," papar Sudhair James saat mempresentasikan temuannya di acara National Meeting & Exposition of the American Chemical Society (ACS ) pertengahan Maret 2015.
"Setelah matang, dinginkan di kulkas selama 12 jam. Selesai," tambahnya.
Untuk memahami bagaimana beras dan minyak kelapa dapat memotong jumlah kalori sedemikian banyaknya, Anda harus sedikit belajar tentang ilmu kimia makanan.
Tidak semua tepung diciptakan sama. Ada tepung yang mudah dicerna, ada yang tidak mudah dicerna. Tepung yang mudah dicerna, gampang diubah menjadi glukosa kemudian menjadi glikogen di dalam tubuh. Sisa glikogen yang tidak terpakai akan disimpan sebagai lemak terutama di wilayah perut.
Sementara tepung yang tidak mudah dicerna, tidak diubah menjadi glukosa ataupun glikogen karena tubuh kita tidak punya cukup kemampuan untuk itu. Ini artinya, lebih sedikit juga kalori yang dihasilkan oleh tepung yang sulit dicerna.
"Kalau Anda bisa mengurangi jumlah tepung mudah cerna yang terkandung dalam suatu makanan, berarti Anda mengurangi jumlah kalorinya," kata Dr. Pushparajah Thavarajah, profesor yang menjadi dosen pembimbing dalam riset ini.
"Minyak kelapa berinteraksi dengan tepung dalam beras, sehingga komposisi senyawa dalam beras berubah. Dalam hal ini yang berubah adalah jumlah tepung mudah cernanya," kata James. "Proses pendinginan membantu mendorong konversi tepung. Hasilnya adalah nasi yang lebih sehat, bahkan ketika Anda memanaskannya kembali."
Temuan duet mahasiswa dan dosen ini mendapat pujian dari banyak kalangan dan diulas di berbagai media utama di negara-negara Barat. Mereka menganggap temuan ini sangat penting, mengingat banyaknya penyakit berbahaya yang muncul akibat pola konsumsi kalori yang berlebihan.
"Dengan metode yang lebih baik, kami akan membuat nasi yang kalorinya berkurang sebanyak 60 persen," ujar James yang disambut tepuk tangan meriah para ilmuwan peserta kongres. (Kompas.com/Lily Turangan)