Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Gila Kerja Bisa Jadi Pertanda Kelainan Kejiwaan

Workaholic menunjukkan lebih banyak tanda-tanda kelainan kejiwaan daripada masyarakat umum.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Gila Kerja Bisa Jadi Pertanda Kelainan Kejiwaan
www.naukrigulf.com
Ilustrasi. 

TRIBUNNEWS.COM - Apakah Anda tipe orang yang tidak bisa berhenti bekerja? Selain menghabiskan terlalu banyak waktu di kantor dan kurangnya keseimbangan antara kehidupan sosial dan profesional, kini ada hal baru yang perlu Anda khawatirkan.

Sebuah studi oleh University of Bergen di Norwegia menemukan bahwa workaholic menunjukkan lebih banyak tanda-tanda kelainan kejiwaan daripada masyarakat umum.

Terutama dalam penilaian untuk Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Obsessive Compulsive Disorder (OCD), gangguan kecemasan, dan depresi; perbandingan kedua grup terlampau jauh, yaitu:

32,7 persen untuk ADHD, sementara non-workaholic hanya 12,7 persen.
25,6 persen untuk OCD, sementara non-workaholic hanya 8,7 persen.
33,8 persen untuk OCD, sementara non-workaholic hanya 11,9 persen.
8,9 persen untuk OCD, sementara non-workaholic hanya 2,6 persen.

Schou Andreassen, salah satu peneliti, berkata, “bekerja dengan ekstrim bisa jadi pertanda untuk isu psikologi dan emosi yang lebih dalam.”

Kemudian, penelitian ini juga konsisten dengan penemuan-penemuan sebelumnya seperti yang telah dipublikasikan oleh Nottingham Trent University dan Yale University.

Bila Anda ingin tahu tingkat workaholic Anda, silakan coba tes berikut. Mendapatan nilai empat atau lima di empat kategori atau lebih menunjukan bahwa Anda seorang workaholic.

Berita Rekomendasi

Seberapa sering Anda melakukan hal-hal di bawah ini dalam setahun terakhir? Jawab dengan 1 (tidak pernah), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4 (sering), dan 5 (selalu).

- Berpikir bagaimana caranya menyediakan lebih banyak waktu untuk bekerja.
- Menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja daripada yang diperkirakan.
- Bekerja untuk mengurangi perasaan bersalah, cemas, tidak mampu, atau depresi.
- Menghiraukan orang lain yang meminta Anda untuk mengurangi bekerja.
- Menjadi stres ketika dilarang bekerja.
- Memprioritaskan pekerjaan daripada hobi, aktivitas santai, rekreasi, atau olahraga.
- Terlalu banyak bekerja sehingga berakibat negatif pada kesehatan.

Shierine Wangsa Wibawa/Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas