Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Perlu Upaya Promotif dan Preventif Cegah Ledakan Penyakit Kanker di Tahun 2020

Akibat informasi sesat tentang pengobatan yang tidak benar sehingga datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah terlambat

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Perlu Upaya Promotif dan Preventif Cegah Ledakan Penyakit Kanker di Tahun 2020
Thinkstockphotos
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kanker payudara adalah kanker yang paling banyak ditemukan pada perempuan di dunia dan di Indonesia. Pada tahun 2012 insiden kanker payudara di Indonesia diperkirakan sebesar 48.998 dengan angka kematian sebesar 19.750 orang.

Dr Aries Hamzah MKM dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, menjelaskan, terjadi transisi epidemiologi penyakit di Indonesia dari penyakit tidak menular ke penyakit menular, salah satunya kanker.  

Diperlukan upaya promotif dan preventif untuk mencegah ledakan penyakit kanker di tahun 2020.

"Indonesia menempati negara kedua dengan kematian tertinggi akibat penyakit tidak menular, di Asia hanya kalah dari Srilanka," katanya, Rabu (15/3/2017).

Dikatakannya, proporsi kanker payudara di Indonesia menempati urutan tertinggi dan ada kecenderungan terus meningkat.

Baca: Pevita Pearce Emosi Saat Dikira Sakit Kanker Payudara

Data di rumah sakit, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo paling banyak merawat pasien kanker.

BERITA TERKAIT

Beban biaya penyakit kanker karena datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi terlambat menyebabkan beban pengobatan sangat tinggi.

“Akibat informasi sesat tentang pengobatan yang tidak benar sehingga datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah terlambat,” kata Aries.

Program pengendalian kanker dimulai dari populasi sehat, populasi berisiko dan populasi dengan kanker serta penyintas kanker dengan pendekatan berbeda.

Intinya bagaimana mencegah yang sehat tidak sampai sakit, yang berisiko tidak menjadi kanker dan yang sudah memiliki kanker dicegah agar tidak terjadi komplikasi dengan memberikan perawatan paliatif dan rehabilitasi.

“Program paliatif kita harapkan bisa sampai ke lapisan masyarakat tidak hanya di fasilitas kesehatan mengingat beban kerja petugas kesehatan sudah sangat tinggi,” kata Aries.

Baca: Peneliti Australia Temukan Protein Inflamasi Cegah Kanker Payudara

Dr. Bob Andinata, SpB(K)Onk,  spesialis bedah onkologi menjelaskan, benjolan di payudara belum tentu kanker. Hanya 20% yang dinyatakan sebagai kanker.

Paling banyak adalah fibrokistik payudara yang disebabkan hormonal. Benjolan di payudara adalah benjolan yang tidak sakit di awal terbentuknya.

“Kalau benjolan terasa sakit disertai payudara keras dan bengkak kalalu kita lakukan pemeriksaan dengan USG umumnya adalah kista,” jelas Bob.

Kanker payudara stadium lanjut umumnya sudah menyebar ke paru-paru, tulang dan hati. Kanker payudara juga menunjukkan gejala jelas ketika memasuki stadium 3 dan 4.

Curiga kanker payudara jika ada benjolan tidak terasa nyeri bisa jadi itu kanker payudara stadium 1.

Baca: Berjuang Melawan Kanker Payudara, Begini Kondisi Yana Zein

Faktor risiko di antaranya usia (mulai 30 tahun dengan temuan kasus terbanyak usia 50 tahun), faktor genetik (mutasi BRCA 1 dan BRCA 2), menstruasi dini, riwayat penyakit, kehamilan pertama di usia tua, menopause usia lanjut, pola hidup tidak sehat, tidak menyusui dan penggunaan kontrasepsi oral.

Pasien yang memiliki risiko tinggi harus lebih agresif melakukan deteksi dini dengan Periksa Payudara Sendiri (Sadari). Pemeriksaan mamografi atau USG dilakukan di atas usia 40 tahun.

Catatan medis RS Dharmais menunjukkan hampir 85% pasien kanker payudara datang dalam stadium lanjut.

Angka harapan hidup selama 5 tahun untuk penderita kanker payudara stadium 4 hanya 22%, sangat jauh dibandingkan jika ditemukan pada stadium 0-1 yang dapat sembuh nyaris 100%.

Baca: Ibu Ini Menderita Kanker Payudara Stadium 4 dan Lumpuh Kaki, Berhasil Lahirkan Bayi Laki-laki

Terapi kanker payudara masih mengandalkan pembedahan berupa lumpektomi yaitu pengangkatan sel kanker dan jaringan sekitarnya dengan payudara tetap dipertahankan, mastektomi sebagian yaitu pengangkatan sel kanker serta jaringan sekitar dengan luas yang lebih besar, dibandingkan lumpektomi.

Sedangkan masektomi total adalah pengangkatan sel kanker serta seluruh payudara, untuk mencegah sel tumor muncul kembali.

Indikasi pembedahan adalah untuk kanker payudara stadium 1,2 dan 3. Kanker payudara stadium 4 dilakukan pembedahan jika kondisi kankernya menimbulkan bau, menyebabkan percarahan, atau  nyeri sehingga menurunkan kualitas hidup pasien.

Radioterapi dan kemoterapi adalah terapi lanjutan setelah pembedahan untuk mematikan sel-sel kanker yang masih tersisa dan beredar di pembuluh darah.

70% penderita kanker payudara memiliki status hormonal positif, artinya memiliki reseptor hormonal di permukaan sel kankernya. Terapi hormonal diberikan untuk menghambat hormon progesteron dan estrogen.

Pasien dengan status hormonal positif, terutama dengan reseptor Human Epidermal Reseptor (HER) 2positif, dapat diberikan terapi anti-HER2 yaitu trastuzumab.

Dan kini ada terapi terbaru dengan pertuzumab untuk pasien kanker payudara stadium lanjut dengan HER2 positif yang terbukti meningkatkan harapan hidup 6 bulan lebih lama, jika dikombinasikan dengan kemoterapi dan trastuzumab.

Prof. DR. dr Arry Haryanto SpPD-KHOM dari Perhompedin menambahkan, saat ini kemajuan pengobatan kanker payudara menyebabkan frekuensi kematian menurun.

Pengobatan kanker payudara ditentukan berdasarkan sifat dan tipe sel kankernya.

Secara umum kanper payudara dibagi menjadi sel kanker tipe luminal A (estrogen positif), luminal B (estrogen positif namun dengan ekspresi HER2 hanya sedikit) dan yang ketiga HER2 positif, dan ada pula tipe yang triple negatif. Luminal A paling bagus prognosisnya.

 Kanker payudara banyak jenis sehingga respon pengobatannya pun berbeda-beda.

Pasien dengan status HER2 positif memiliki prognosis (perjalanan penyakit) yang buruk. Kankernya cepat tumbuh dan pembuluh darahnya juga bertambah dengan cepat sehingga kanker mudah menyebar.

 Obat-obatan yang menghambat HER2 (trastuzumab) pada penderita kanker payudara dengan status HER2 positif terbukti memberikan hasil positif dalam pengobatan.

Sayangnya HER2 cepat resisten, 50% pasien hanya dalam 1 tahun kanker akan kambuh lagi.

Maka dikembangkan pertuzumab yakni obat ini jika dikombinasikan dengan trastuzumab dan kemoterapi docetaxel akan meningkatkan rata-rata angka harapan hidup hingga 56,5 bulan (nyaris 3 kali lipat dibandingkan pasien yang diberikan dengan kemoterapi saja).

Pertuzumab mampu mengikat HER2 dan ketika ia berikatan dengan sel-sel kanker yang memiliki HER2 maka pertuzumab akan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker tersebut.

Lusia Erniawati dari Roche menambahkan, obat-obatan kanker harus dapat diakses seluruh pasien agar bermanfaat. Untuk itu Roche terus meningkatkan bekerjasama dengan berbagai pemangku kebijakan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas