Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Tak Nyaman Setelah Bersendawa? Bisa Jadi Ada Kelainan Pada Organ Pencernaan! Hindari Makanan Ini

Apalagi bila rasa tak nyaman itu semakin meningkat setelah bersendawa. Ada kemungkinan kalau kita menderita areofagi.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Tak Nyaman Setelah Bersendawa? Bisa Jadi Ada Kelainan Pada Organ Pencernaan! Hindari Makanan Ini
net
Ilustrasi sendawa 

TRIBUNNEWS.COM - Bersendawa merupakan hal umum yang dialami banyak orang.

Namun, bila sering bersendawa yang didahului rasa tidak enak di perut, perlu hati-hati.

Apalagi bila rasa tak nyaman itu semakin meningkat setelah bersendawa. Ada kemungkinan kalau kita menderita areofagi.


Sindrom ini termasuk kelainan saluran pencernaan yang bersifat fungsional. Artinya, bukan akibat kelainan struktur pada saluran cerna.

Ternyata, kasusnya cukup banyak lho. Mencakup sekitar 50% kasus yang ditangani institusi gastroenterologi (yang mengelola kasus-kasus kelainan saluran cerna).

Lalu, apa sih yang menyebabkannya?

telan permen karet
telan permen karet (net)
Berita Rekomendasi

Gangguan itu bisa disebabkan oleh udara yang tertelan dan produk gas hasil fermentasi bakteri dalam saluran cerna.

Nah, udara-udara ini bisa tertelan secara berlebihan pada saat kita mengalami stres emosional, mengunyah permen karet, terlalu banyak merokok, atau mulut kering.

Selain itu, pemasangan pipa lambung karena tidak bisa makan, banyak bersendawa, baru mengonsumsi makanan sumber karbohidrat dan sari buah tertentu, atau mengalami gangguan absorbsi makanan juga bisa menjadi biang keroknya.

Gejala masalah medis ini ditandai dengan kelebihan udara pada saluran cerna.

Peregangan lambung yang menyebabkan rasa tidak enak dan ada tekanan udara di perut bagian atas yang mengganggu setelah makan.

Peregangan usus besar ini, terutama pada pojok lekukannya di sebalah kiri atas yang menimbulkan nyeri dan buang angin yang berlebihan.

Yang perlu diketahui, kecurigaan terhadap sindrom ini semakin kuat bila gejalanya berlangsung lama dan tidak progresif.

Kalau sudah begitu, sebaiknya penderitanya mengunjungi dokter untuk memastikan ia bukan sedang menderita mag, batu empedu, atau kanker usus besar.

Susahnya, obat pengikat gas untuk mengurangi frekuensi buang angin kurang bermanfaat.

Lalu, apa yang terbaik?

Nah, yang terbaik adalah hindarilah penyebabnya. Misal, mengurangi mengunyah permen karet, merokok, minuman mengandung gas, makan kacang-kacangan atau buah tertentu seperti apel, anggur, dan pisang.

Sumber: Intisari
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas