''Kanker Adalah Sekolah, Kanker Adalah Pelajaran''
diagnosa kanker ini jalan dari dikabulkannya semua doa. Saya berkata pada diri saya sendiri, 'saya ridho, ya Allah atas penyakit ini'
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Apa yang Anda lakukan bila divonis dokter mengidap penyakit mematikan yang berisiko merenggut nyawa Anda?
Bersedih lalu menangis karena merasa takut? Ah, itu biasa.
Hal yang tak biasa dan luar biasa adalah saat Anda mampu tersenyum bahkan tak merasakan kesedihan atas vonis tersebut.
Alih-alih merana, Anda justru merasa 'exited' yang berujung pada kesembuhan atas penyakit yang diderita.
Tapi, apa ada orang yang mampu seperti itu?
Ternyata jawabannya, ada. Kisah inspiratif itu terlontar di acara talkshow 'Inspiring Women' yang diadakan PT K-Link Indonesia, Sabtu (17/2/2018).
Kisah itu meluncur dari penyintas kanker, Indira Abidin.
Perempuan kelahiran Bandung, 49 tahun silam ini menuturkan, masih bekerja di Singapura saat didiagnosa dokter mengidap kanker payudara pada 2012 silam.
"Sepulang dari rumah sakit, selama dalam perjalanan, saya bertanya. Ada apa di balik semua ini (diagnosa kanker). Saya justru 'exited', menanti-nanti ada apa di balik ini. Saya yakin, pasti Allah menyiapkan hal yang terbaik di balik ini," tutur Indira.
Sikap mental itu pula yang ia tunjukkan saat memutuskan untuk menerima diagnosa itu dengan hati lapang dan gembira. Ia mengaku ikhlas atas penyakit yang ada pada dirinya.
"Sepulang dari rumah sakit, saya langsung salat. Dalam sujud, saya bertanya-tanya, apa saya sedih? Ternyata saya tidak sedih. Saya berpikir, ini (diagnosa kanker) adalah jalan dari dikabulkannya semua doa. Saya berkata pada diri saya sendiri, 'saya ridho, ya Allah atas penyakit ini," kata Indira.
Alih-alih merana, Indira bertekad, untuk bisa mendapatkan hal positif sebagai penderita kanker yang tidak bisa dilakukan orang yang tidak menderita kanker.
Karena sikap itulah, kanker tak membuat Indira berdiam dan menjadi kontra-produktif.
Ia tetap menjadi berkarier dengan segudang prestasi sampai akhirnya memutuskan untuk fokus pada keluarga dan memberikan motivasi buat penderita kanker.
"Lewat ini, saya mendapat kesempatan dari Allah untuk memberikan inspirasi bagi orang lain. Kanker adalah sekolah, kanker adalah pelajaran. Berbahagialah kalau ada ujian, badai hidup atau cobaan. Inilah kesempatan menempa diri dan bertransformasi menjadi manusia yang lebih baik, lebih dekat dengan Sang Pencipta. Jadi, apapun yang terjadi, don’t worry be happy. Carilah kesempatan emas yang hanya terbuka di saat itu,” tutur pendiri Yayasan Lavender Indonesia tersebut.
Bahasa Obat Mujarab
Indira mengaku, karena kanker pula ia belajar banyak hal. Mulai dari seputar hormonal pada tubuh manusia hingga obat-obatan herbal. Soal hal ini, Indira menyebutnya sebagai ''kurikulum kanker''.
Istilah itu ia dapatkan merujuk pada 'pelajaran' yang ia dapatkan bahwa pemilihan diksi, bisa mempengaruhi fisiologi tubuh manusia. Ia mencontohkan, saat memilih kata 'fight' untuk menunjukkan perlawanan terhadap kanker, justru malah menguatkan penyakit tersebut.
"Bahasa itu obat mujarab. Pemilihan kata sangat mempengaruhi fisiologi tubuh. Saya sempat memilih istilah 'Penerima Anugerah Kanker', namun itu pun justru melemahkan tubuh. Karena kanker adalah pelajaran, maka saya pakai istilah kurikulum kanker," kata Indiria.
Urutan Nomor Satu
Secara rata-rata, setiap dua menit seorang wanita didiagnosa menderita kanker payudara dan satu wanita akan meninggal karena penyakit tersebut setiap 13 menit.
Namun bukan hanya pada wanita, kanker ini juga banyak ditemukan pada pria, di tahun 2017, diperkirakan ada 255.180 kasus kanker payudara invasive (berbahaya) yang ditemukan pada pria dan wanita.
Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) melansir bahwa kanker payudara menduduki urutan nomor 1 di Indonesia. Sayangnya kanker payudara di Indonesia lebih banyak ditemukan pada stadium yang sudah lanjut.
4 Februari diperingati sebagai hari Kanker Sedunia. Adapun tahun ini, Hari Kanker Sedunia mengusung tema We Can-I Can yang dipelopori oleh Union for International Cancer Control (UICC), mengharapkan jika kita secara bersama-sama dan individu dapat melakukan peran untuk mengurangi beban akibat dari penyakit mematikan ini.
Salah satunya adalah peran dari Kanker Survivor yang akan sangat bernilai bagi si penderita, terutama memberikan suntukan semangat dan moral untuk tabah dalam menjalani pengobatan.
Merujuk pada fakta tersebut, K-LINK merasa penting untuk memberikan informasi tentang kanker payudara, cara menditeksi dini, dan cara menghindarinya termasuk dengan menghadirkan salah seorang kanker Survivor yang telah sukses membantu banyak pasien untuk semangat menghadapi penyakit ini.
Medical Consultant PT. K-Link Indonesia, dr. Arief Munandar mengingatkan banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker ini dimana yang utama ialah melakukan pola hidup sehat.
“Setiap individu punya risiko kanker atau tumor, cara terbaik mencegahnya adalah dengan mengenali dan bergaya hidup sehat,” kata Arief.
Dikatakan oleh Fatma Dwi Amartani S.Si Apt, Product Manager PT K-Link Indonesia bahwa kanker payudara merupakan penyakit yang telah banyak memakan korban meninggal yang salah satu penyebabnya adalah lambatnya penanganan kanker sejak dini, maupun kurang tepatnya penanganan dari penyakit kanker tersebut.
“Kanker ini bisa disembuhkan apabila ditangani sejak dini,” tuturnya di acara yang sama.
Fatma menambahkan, untuk mengurangi risiko kanker pada diri salah satunya dapat dilakukan dengan rajin mengonsumsi asupan Nutrisi yang tepat dan mengandung antioksidan tinggi, seperti beberapa produk suplemen dari K-LINK di antaranya K-Vit C Plus Teavigo, Epicor, Golden Valley Roibos Tea, K-Sauda VCO, K-Liquid Organic Spirulina.