Kebiasaan Anak Makan Cokelat Bisa Dongkrak Kecerdasannya?
Itu karena senyawa dalam cokelat atau kakao yang disebut flavanoid, ternyata dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Hasil riset para peneliti dari Universitas of Roma and L'Aquila di Italia, menyebut kebiasaan makan cokelat pada anak dapat mendongkrak kecerdasannya.
Itu karena senyawa dalam cokelat atau kakao yang disebut flavanoid, ternyata dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.
Mulanya, peneliti melakukan penelitian tentang efek konsumsi cokelat pada fungsi otak seperti memori, perhatian, dan kecepatan pemrosesan.
Hasilnya sungguh di luar dugaan. Makanan yang biasanya dijauhi dan dihindari oleh para orangtua untuk anaknya ini, ternyata dapat memberikan efek positif pada kerja otak anak. Simak keterangan di bawah ini:
Tidak masalah dengan kesendirian
Ada beberapa anak yang justru merasa lebih nyaman dengan kesendirian dibandingkan dengan keramaian. Jika anak Anda merupakan salah satunya, sebaiknya tak perlu khawatir.
Sebab, menurut British Journal of Psychology, orang yang lebih nyaman ketika sendiri, adalah orang yang lebih cerdas.
Bahkan, orang yang sering berbicara sendiri juga bisa menjadi tanda kejeniusan.
Suka menunda
Jangan buru-buru marah ketika anak menunda untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Sebab, bisa jadi hal itu merupakan salah satu tanda kecerdasannya.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa menunda suatu hal berarti meluangkan lebih banyak waktu dan tidak melompat pada kesimpulan atau memilih solusi termudah.
Selain itu, orang yang cerdas cenderung menunda pekerjaan karena melakukan pekerjaan yang dianggap lebih berharga.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psyhology menemukan bahwa orang yang berani mengkritik dirinya sendiri justru lebih cerdas.
Dengan begitu, ia dapat menerima kekurangannya dan menjadikan hal tersebut sebagai patokan untuk belajar lebih giat.
Untuk mendapatkan penelitian ini, para peneliti membandingkan bagaimana prediksi para siswa seusai menjalani sebuah tes. Hasilnya siswa yang memiliki nilai lebih rendah cenderung mengira nilainya lebih bagus.
Sebaliknya, siswa yang memiliki nilai tinggi justru mengilai nilainya lebih buruk.
Gampang penasaran
Moms tentu pernah mendengar istilah yang mengatakan bahwa anak yang senang bertanya adalah anak yang pintar. Rupanya istilah ini bukanlah isapan jempol belaka.
Gampang penasaran
Anda tentu pernah mendengar istilah yang mengatakan bahwa anak yang senang bertanya adalah anak yang pintar. Rupanya istilah ini bukanlah isapan jempol belaka.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Individual Differences menemukan bahwa orang yang bernilai IQ lebih tinggi cenderung lebih penasaran dan terbuka dengan gagasan yang baru.
Kecerdasan dan rasa ingin tahu memang selalu beriringan. Jadi jangan kesal ketika anak banyak bertanya.
Bisa mengontrol diri
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Psychological Science pada tahun 2009 berhasil menguji pengendalian diri dan kecerdasan.
Untuk melakukan penelitian tersebut, beberapa peserta diberikan test inteligensi dan penawaran uang.
Para peserta yang dapat menyelesaikan tes kemudian langsung pulang menerima uang lebih sedikit dibandingkan orang yang mau menunggu lebih lama setelah test.
Hal ini menunjukan bahwa orang yang menunggu lebih lama ternyata mempunyai nilai inteligensi yang lebih tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukan bila orang cerdas memiliki kontrol diri yang kuat dan bisa menolak keputusan impulsif.(*)