Proses Degeneratif Tulang Belakang dan Teknologi Terkini Mengatasinya
Beberapa masalah degenerasi tulang belakang diantaranya, osteoporosis, arthritis, dan kerusakan bantalan sendi tulang belakang.
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proses degenerative pada tulang belakang merupakan kondisi medis yang ditandai hilangnya struktur normal atau menurunnya fungsi tulang belakang secara bertahap.
Kondisi ini tidak bisa dihindari individu, namun jika terus dibiarkan seiring berjalannya waktu, masalah kesehatan terkait tulang belakang ini akan bertambah berat.
Beberapa masalah degenerasi tulang belakang yang banyak terjadi di masyarakat diantaranya, osteoporosis, arthritis, dan kerusakan bantalan sendi tulang belakang.
dr Heri Aminuddin SpBS(K), Spesialis Bedah Saraf Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta, penyebab utama penyakit degenerative tulang belakang adalah usia meski dapat disebabkan oleh faktor lain seperti tumor dan infeksi.
“Seiring bertambahnya usia, tulang belakang juga mengalami penuaan,” jelasnya.
Contoh yang paling sering di temukan adalah bantalan sendi tulang belakang yang semakin kehilangan cairan, menjadikan fungsinya sebagai peredam kejut berkurang sehingga meningkatkan cidera tulang belakang.
Meski demikian banyak faktor lain yang berperan pada terjadinya proses degenerasi tulang belakang, seperti; trauma, kurangnya asupan nutrisi, faktor genetik, pekerjaan, merokok, serta faktor mekanik termasuk kebiasaan mengangkat benda berat, dan memutar tubuh secara berlebihan.
Saat degenerasi tulang belakang terjadi, umumnya setelah usia diatas 40 tahun, trauma ringan atau aktivitas fisik yang tidak biasa dilakukan dapat menyebabkan nyeri punggung, nyeri otot hingga kejang otot.
Baca: Kecerdasan Buatan dan Platform Cloud Akan Jadi Tulang Punggung Teknologi CCTV
Contoh lain degenerasi tulang belakang yang dapat terjadi meliputi; munculnya osteophytes atau pertumbuhan taji tulang di sekitar sendi facet (facet joint syndrome) dan ruas-ruas tulang belakang. Penebalan ligemen dan rongga tulang belakang yang kemudian menekan saraf.
Hingga hilangnya kepadatan tulang belakang atau dalam dunia kedokteran disebut osteoporosis yang selanjutnya menyebabkan tulang mudah patah.
“Gejala yang sering muncul pada degenerasi tulang belakang selain nyeri adalah deformitas tulang belakang, keterbatasan gerak, kelemahan anggota tubuh, fungsi sensoris yang menurun, gangguan buang air besar dan kecil, serta disfungsi seksual,” jelas dr. Heri.
Selain melihat gejala klinis yang dialami pasien, dokter bedah saraf mendiagnosis degenerasi tulang belakang melalui pemeriksaan X-ray tulang belakang, termasuk diantaranya Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk melihat kondisi bantalan sendi, saraf dan rongga tulang belakang. Pemeriksaan computed tomography (CT) scan juga dapat dilakukan jika terjadi inkonsistensi antara hasil MRI dengan gejala klinis yang ditunjukan pasien.
Osteoporosis Tulang Belakang
Salah satu jenis degenerasi tulang belakang yang banyak dialami masyarakat Indonesia adalah osteoporosis. Ini merupakan kondisi dimana kepadatan tulang berkurang.
Berkurang atau hilangnya kalsium pada tulang belakang menyebabkan melemahnya struktur atau kepadatan tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur.
Fraktur tulang belakang, juga disebut fraktur kompresi dapat menyebabkan nyeri pinggang yang menjadikan penderitanya kesulitan berdiri, jalan, duduk atau mengangkat suatu benda.
Gejala lain yang dapat ditimbulkan pada fraktur tulang belakang adalah berkurangnya berat badan penderita.
Wanita usia 40 tahun keatas cenderung mengalami osteoporosis. Data lain bahkan menunjukan sebanyak 40% wanita dengan usia diatas 80 tahun dipastikan memiliki osteoporosis tulang belakang.
“X-ray dan CT scan dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis osteoporosis,” jelas dr. Ibnu Benhadi SpBS(K), Spesialis Bedah Saraf Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta.
Tidak menutup kemungkinan dokter menganjurkan pemeriksaan kepadatan tulang menggunakan dual X-ray absorptiometry (DXA atau DEXA) scan.
Saat diagnosis osteoporosis tulang belakang ditegakkan, dokter dapat memberikan beberapa obat-obatan yang bertujuan mencegah terjadinya fraktur tulang belakang.
Baca: China Bolehkan Lagi Tulang Harimau dan Cula Badak Untuk Pengobatan
Menurut dr. Ibnu, obat-obatan ini bekerja dengan cara memperkuat tulang dan mencegah pengeroposan.
Beberapa obat osteoporosis yang sudah mendapatkan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, diantaranya Bisfosfonat, Calcitonin dan Teriparatide.
Pada penderita osteoporosis yang sudah dengan fraktur tulang belakang, terapi termasuk memberikan obat penghilang rasa sakit, bed rest untuk beberapa saat, hingga penggunaan korset khusus dan pembedahan.
Kyphoplasty dan vertebroplasty merupakan teknologi minimally invasive surgery yang dapat digunakan untuk mengatasi fraktur tulang belakang.
Bahan khusus seperti semen yang disebut polymethylmethacrylate (PMMA) disuntikan secara langsung pada tulang belakang yang mengalami fraktur.
Sebelum penyuntikan PMMA dilakukan, balon khusus dimasukan dan dikembangkan pada tulang yang mengalami fraktur/ retak, menggunakan bantuan X-ray fluoroscopy menuju lokasi yang diharapkan dokter.
Tujuan tindakan ini adalah mengembalikan tinggi dan bentuk tulang belakang sehingga mengurangi deformitas dan meningkatkan stabilitas tulang belakang.
Kyphoplasty dilakukan menggunakan anastesi lokal atau umum. Tindakan bedah minimal ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 30-60 menit.
Facet Joint Syndrome
Kondisi lain dari proses degenerative tulang belakang yang umum dijumpai di praktek klinik adalah facet joint syndrome.
Ini merupakan kondisi kesehatan layaknya arthritis pada tulang rawan sendi. Adanya peradangan sendi selanjutnya memicu sinyal rasa sakit pada cabang saraf sensory kapsul sendi facet.
Nyeri yang berasal dari satu atau lebih sendi facet inilah yang kemudian secara medis disebut facet joint syndrome dikenal juga sebagai facet arthropathy.
Seperti kita ketahui tulang belakang manusia tersusun dari beberapa ruas tulang yang disebut vertebra dan terhubung satu sama lain.
Masing-masing vertebra terhubung dengan 3 sendi yaitu satu sendi besar tulang belakang dan dua sendi facet di bagian belakang.
Desain yang mirip tripod ini menjaga vertebra tetap terhubung. Facet sendiri merupakan sendi synovial yang dilapisi tulang rawan dilumasi cairan dan ditutupi kapsul sendi.
Baca: Wali Kota Hendi Antar Kota Semarang Menjadi Kota Layak Pemuda tahun 2018
Menurut Dr. dr. Wawan Mulyawan SpBS(K), SpKP, Spesialis Bedah Saraf, Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta, proses degenerative tulang belakang menyebabkan penyebaran berat badan tidak merata ke sendi facet.
Beban ini mengakibatkan keausan pada sendi, rusaknya kapsul sendi hingga munculnya taji tulang. Mirip seperti arthritis pada sensi lutut, perubahan ini menyulitkan seseorang bergerak secara bebas, terjadi peradangan dan iritasi.
Dan pada gilirannya mengakibatkan otot di sekitar sendi facet menjadi kaku hingga sulit digerakkan.
“Yang khas dari facet joint syndrome nyerinya menyebar hingga ke bokong, jika terjadi di pinggang. Atau menyebar ke bahu hingga kepala bagian belakang jika terjadi di leher. Rasa tidak nyaman atau pegal juga terasa tepat diatas sendi facet yang bermasalah,” jelas Dr. Wawan.
Meski demikian nyeri yang ditimbulkan pada sendi facet mirip dengan masalah tulang belakang lainnya.
Untuk mendapatkan diagnosis akurat, dokter membutuhkan informasi riwayat kesehatan pasien, dan beberapa pemeriksaan lain baik fisik maupun radiologi.
"Dapat juga dilakukan suntikan diagnostik menggunakan kortikosteroid dan obat anastesi, yang diberikan melalui panduan X-ray fluoroskopi pada sendi facet dan dievaluasi setelah 20-30 menit. Jika nyerinya berkurang hingga 70%, besar kemungkinan merupakan facet joint syndrome,” jelas dr. Wawan.
Saat ini teknologi minimally invasive seperti radiofrekuensi ablasi juga bisa menjadi solusi mengatasi nyeri akibat facet joint syndrome, dengan efektivitas terapi lebih baik.
Sindroma sendi facet, pada beberapa kasus bisa diatasi dengan memberbaiki gaya hidup seperti merubah posisi duduk yang baik, merubah posisi tidur, hingga menggurangi berat badan. Latihan penguatan otot punggung dan perut juga dapat membantu mengatasi facet joint syndrome.
Degenerasi Bantalan Sendi Tulang Belakang
Bantalan sendi tulang belakang atau spinal disk layaknya sistim suspensi kendaran bermotor, yang berfungsi sebagi peredam kejut antar vertebra. Namun seiring proses penuaan atau dikarenakan factor lain, bantalan sendi dapat mengalami kerusakan.
Menurut dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, bantalan sendi tulang belakang terdiri dari 2 bagian utama yaitu; annulus fibrosus yang merupakan bagian luar yang keras dan nucleus pulposus bagian dalam bantalan sendi seperti jelly dikenal juga sebagai mucoprotein gel dengan komposisi utama berupa air, kolagen dan proteoglikan.
Stress pada bantalan sendi, yang terjadi bertahun-tahun dapat menyebabkan robekan kecil pada bagian annulus yang dipersarafi sehingga memungkinkan terjadinya rasa sakit. Seiring berjalannya waktu terkait penuaan bantalan sendi menjadi kurang elastis, yang memungkinkan robekan menjadi semakin besar dan inti bantalan keluar.
“Keluarnya inti bantalan sendi menjadikan bantalan sendi menojol, atau keluar dari tempatnya mempengaruhi saraf tulang belakang sekitarnya. Ini disebut Herniated Nucleus Pulposus (HNP) atau awam menyebutnya saraf terjepit,” jelas dr. Mahdian.
Pada kondisi seperti ini, nyeri tajam yang terus-menerus di punggung dan leher mungkin terjadi. Gejala yang muncul tergantung letak bantalan sendi yang mengalami herniasi.
Saat bantalan sendi tulang lumbal yang mengalami herniasi, gejala yang mungkin muncul berupa nyeri di daerah pinggang, pantat, atau paha bagian atas hingga telapak kaki.
Nyeri yang ditimbulkan mungkin datang dan pergi, pada kondisi berat dapat menetap hingga beberapa minggu hingga bulan.
Nyeri akan menjadi lebih berat saat duduk, dan menjadi lebih baik saat berpindah posisi. “
Nyeri dapat terasa lebih berat ketika membungkuk,” jelas dr. Mahdian. Pada beberapa kasus degenerasi bantalan sendi tulang belakang dapat mengakibatkan kesemutan, atau mati rasa (kebas) di tangan dan kaki. Dapat juga terjadi kelemahan baik di tangan maupun kaki.