Mengapa Sebaiknya Jangan Buka Kaca Mobil Saat Macet Mudik? Simak Alasan dan Dampaknya Pada Kesehatan
Ada satu hal yang patut diingat saat mudik: Jangan pernah membuka jendela saat terjebak kemacetan atau berhenti di lampu lalu lintas.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM- Anda sudah bersiap-siap untuk mudik ke kampung halaman tercinta?
Baik mudik menggunakan transportasi umum maupun kendaraan pribadi, tentu hal itu menimbulkan kepadatan lalu lintas.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk memprediksi puncak arus mudik akan terjadi pada Jumat (31/5/2019) ini dengan volume kendaraan yang meninggalkan Jakarta melalui Gerbang Tol Cikampek Utama meningkat 181 persen dibanding lalu lintas normal.
Jika Anda dan keluarga termasuk yang akan mudik pada tanggal tersebut, maka ada satu hal yang patut diingat: Jangan pernah membuka jendela saat terjebak kemacetan atau berhenti di lampu lalu lintas.
Memang, ketika terjebak macet selama berjam-jam yang melelahkan, timbul keinginan untuk membuka jendela atau bahkan pintu dan merenggangkan kaki.
Baca: Cerita Pemudik Asal Jambi Tujuan Semarang: Terjebak Tiga Jam di Tol Jakarta-Cikampek
Namun, studi menunjukkan bahwa mobil-mobil dengan jendela terbuka yang menunggu di kemacetan atau lampu merah mengandung 40 persen lebih banyak partikel polusi udara dibanding mobil yang bergerak lancar.
Bahkan, studi yang dipimpin oleh Dr Prashant Kumar dari University of Surrey, Inggris, ini menemukan bahwa konsentrasi partikel pada perempatan bisa mencapai 29 kali lipat dibanding jalanan yang lancar.
Dikombinasikan dengan pergerakan mobil yang lambat, 25 persen paparan partikel berbahaya ketika berkendara pun terjadi saat pengemudi berhenti di perempatan atau terjebak kemacetan.
Solusinya
Untungnya, Dr Kumar dan kolega telah menemukan solusinya.
Para peneliti mengukur tingkat polusi partikel (particulate matter) dalam mobil yang bergerak sejauh enam kilometer dan melalui 10 lampu lalu lintas.
Pengukuran ini dilakukan ketika mobil berhenti di pertigaan atau perempatan.
Setelah itu, hasilnya dibandingkan dengan tingkat polusi yang dialami oleh pejalan kaki ketika melalui lampu lalu lintas yang sama.
Pengukuran tingkat polusi partikel ini dilakukan lima kali dengan lima pengaturan ventilasi yang berbeda.