Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Sering Ketiduran di Tengah Aktivitas? Bisa Jadi Anda Mengalami Gangguan Sistem Saraf

Pernahkah Anda ketiduran atau tanpa sadar tidur pulas? Padahal, saat itu Anda sedang sibuk dengan aktivitas.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Sering Ketiduran di Tengah Aktivitas? Bisa Jadi Anda Mengalami Gangguan Sistem Saraf
Kompas.com/Alsadad Rudi
Salah seorang pria penumpang KRL Commuter Line yang tampak tertidur pulas di kursi prioritas saat ada seorang ibu hamil berdiri bergelantungan di depannya. Situasi ini terjadi di dalam KRL rute Bogor-Jakarta Kota, Rabu (13/5/2015) 

TRIBUNNEWS.COM - Pernahkah Anda ketiduran atau tanpa sadar tidur pulas? Padahal, saat itu Anda sedang sibuk dengan aktivitas.

Biasanya saat merasa mengantuk ataupun lelah dengan pekerjaan, otak seakan memaksa kita untuk memejamkan mata dan tertidur.

Wajar jika kita sesekali tiba-tiba tertidur, karena merasa lelah, kurang tidur, ataupun berbagai alasan alainnya.

Namun jika sering mengalaminya, patut diwaspadai karena bisa jadi tanda adanya gangguan sistem saraf yang biasa disebut dengan narkolepsi.

Baca: Minum Kopi di Malam Hari, Benarkah Bikin Susah Tidur?

Baca: 5 Penyakit Bisa Ini Muncul karena Gigi Berlubang dari Stroke Hingga Jantung, Ini Penjelasan Dokter

Baca: Ibu Menyusui Bayi Dalam Kondisi Batuk dan Pilek, Bolehkah?

Narkolepsi adalah kondisi yang ditandai dengan sering merasakan kantuk yang berlebihan di siang hari dan bisa menyebabkan kita tertidur tiba-tiba atau mendadak, tanpa mengenal waktu dan tempat.

Selain itu, nerkolepsi ini ternyata tidak ada obatnya. Bagi yang merasa sering tiba-tiba tertidur, wajib waspada karena narkolepsi ini pasti akan mengganggu aktivitas sehari-hari.

# Penyebab

Berita Rekomendasi

Penyebab narkolepsi masih tidak diketahui hingga saat ini. Meskipun demikian,  para peneliti meyakini jika faktor genetiklah yang menjadi penyebab narkolepsi.

Beberapa ahli juga meyakini, bahwa narkolepsi disebabkan karena kurangnya produksi zat kimia hipokretin dalam otak.

Adapun faktor yang menyebabkan risiko lebih tinggi terkena narkolepsi, yaitu :

- Usia, narkolepsi biasanya dialami pada orang berusia antara 10 hingga 30 tahun.

- Riwayat keluarga, risiko nerkolepsi akan meningkat sebanya 20 hingga 40 kali lebih tinggi, jika memiliki anggota keluarga yang juga menderita narkolepsi.

# Gejala

Tanda dan gejala narkolepsi, dapat memburuk selama tahun-tahun pertama dan kemudian bisa berlanjut hingga seumur hidup. Gejala-gejala nerkolepsi itu, seperti :

Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari

Penderita nerkolepsi biasanya akan merasakan kantuk yang berlebihan dan menyebabkan tiba-tiba tertidur, tanpa peduli waktu dan tempat.

Baca: Belum Ada Obat Khusus Atasi Demensia, Bagaimana Mengantisipasinya?

Penderita biasanya akan tertidur selama beberapa menit hingga setengah  jam, dan bangun dalam keadaan segar namun lama-kelamaan akan mengantuk lagi.

Hal ini akan menyebabkan turunnya kewaspadaan dan kemampuan berkonsentrasi saat bekerja. Selain itu, narkolepsi juga dapat menyebabkan seseorang merasa kekurangan energi, ingatan yang tak sempurna, suasana hati yang buruk, dan juga mengakibatkan kelelahan yang parah.

* Otot yang tiba-tiba melemah

Katapleksi adalah kondisi dimana otot melemah secara tiba-tiba, yang bisa menyebabkan : tubuh merasa lemah, hilangnya kontrol tubuh, dan cara bicara yang tidak jelas atau cadel selama beberapa waktu.

Katapleksi tidak dapat dikendalikan dan dapat dipicu oleh emosi yang kuat, seperti saat tertawa, takut, kaget, ataupun marah.

Misalnya, saat sedang tertawa, lutut tiba-tiba akan terasa sangat lemah dan bisa membuat kita terjatuh.

* Kelumpuhan tidur

Kelumpuhan tidur atau yang biasa disebut dengan ketindihan ini, terjadi karena tubuh tiba-tiba tidak mampu bergerak atau berbicara saat akan tertidur ataupun saat hendak bangun.

Kelumpuhan tidur ini biasanya hanyak akan berlangsung selama beberapa detik ataupun menit.

* Halusinasi

Halusinasi yang terjadi disebut dengan halusinasi hypnagogic, ini akan membuat penderita narkolepsi seakan-akan mendengar, melihat ataupun merasakan hal yang sebenarnya tidak nyata.

Ini biasanya terjadi saat akan tertidur ataupun saat bangun, dan biasanya akan menciptakan rasa takut karena halusinasi sekan terasa nyata.

Komplikasi

Narkolepsi biasanya akan menyebabkan kesalahpahaman karena orang-orang sering melihat penderitanya tertidur di saat yang tidak tepat, serta akan dilabeli sebagai pemalas dan tidak profesional saat bekerja.

Narkolepsi juga dapat menyebabkan obesitas  karena penderitanya memiliki sistem metabolisme tubuh yang rendah.

Selain itu, narkolpesi dapat menyebabkan terhambatnya hubungan intim karena otot tubuh yang tiba-tiba melemas, dan memiliki risiko tinggi mengalami kecelakaan saat mengemudi, karena penderitanya bisa tertidur tiba-tiba.

Bagaimana cara mengobati narkolepsi?

Hingga kini, diyakini tidak ada obat yang bisa menyembuhkan narkolepsi. Meskipun demikian, gejala-gejala narkolepsi dapat dikendalikan dengan mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter.

Rasa kantuk biasanya dapat diatasi dengan stimulan, seperti amfetamin. 

Selain itu, biasanya penderita narkolepsi akan diberikan obat yang disebut sodium oxybate, yang dapat membantu penderita untuk memiliki kualitas tidur malam yang lebih baik dan mengurangi rasa kantuk saat siang hari.

Melakukan penyesuaian gaya hidup, seperti dengan menghindari kafein, alkohol, dan nikotin, mengatur jadwal tidur malam, melakukan tidur siang selama 10 hingga 15 menit setiap harinya, olahraga teratur, serta mengonsumsi makanan sehat dapat berguna untuk mengurangi gejala narkolepsi ini.

Sumber: Grid.ID
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas