Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Ini yang Terjadi Pada Tubuh Saat Menghirup Asap Kebakaran Hutan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama terpapar asap akan menyebabkan iritasi pada mata, batuk, sesak nafas, pilek, dan sakit tenggorokan.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Ini yang Terjadi Pada Tubuh Saat Menghirup Asap Kebakaran Hutan
Banjarmasinpost.co.id/Faturahman
Kondisi kabut asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah cukup parah, sehingga warga gunakan masker saat keluar rumah. 

TRIBUNNEWS.COM - Bencana kebakaran hutan kembali melanda sebagian wilayah Indonesia yang berdampak pada kabut asap seperti di Kalimantan dan Sumatera.

Tentu saja, kabut asap akibat kebakaran hutan itu bisa memengaruhi kesehatan tubuh masyarakat.

Prof Dr dr Ari Fahrial Syam bersama Elina A Hapsari, Rahardja, dan Makmun D, pernah melakukan penelitian mengenai dampak asap kebakaran terhadap kesehatan tubuh.

Penelitian itu dilakukan empat tahun lalu tepatnya pada tahun 2015.

Metode penelitian dilakukan melalui cara survey online kepada masyarakat yang terkena dampak asap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama terpapar asap akan menyebabkan iritasi pada mata, batuk, sesak nafas, pilek, dan sakit tenggorokan.

Selain masyarakat melakukan proteksi sederhana, misalnya mengenakan tisue akan lebih berisiko mempunyai masalah kesehatan dibandingkan menggunakan masker.

Berita Rekomendasi

Secara umum jika kualitas udara tidak baik karena asap maka yang akan memengaruhi kadar oksigen.

Kekurangan oksigen akan menyebabkan hipoksia.

Baca: Dokter Temukan Bakteri di Paru-Paru Elsa Fitaloka Bayi 4 Bulan yang Meninggal Diduga karena Asap

Baca: Kabut Asap Kacaukan Jadwal Penerbangan, Bandara Tutup,Pesawat Batal Terbang dan Dialihkan Pendaratan

Seorang anak tengah mendapatkan oksiden di Rumah Singgah Pemulihan Kesehatan Bagi Masyarakat Akibat Karhutla di Poliklinik Korem 031/WB, Minggu (15/9/2019). Rumah singgah yang didirikan oleh Kodim 0301/Pekanbaru tersebut akan beroperasi hingga batas waktu yang tidak ditentukan selama kabut asap masih ada. Sejumlah posko kesehatan gratis untuk korban kabut asap di Kota Pekanbaru dan daerah-daerah lainnya kini sudah mulai banyak didirikan untuk menjaga kesehatan masyarakat ditengah kepungan kabut asap. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY
Seorang anak tengah mendapatkan oksiden di Rumah Singgah Pemulihan Kesehatan Bagi Masyarakat Akibat Karhutla di Poliklinik Korem 031/WB, Minggu (15/9/2019). Rumah singgah yang didirikan oleh Kodim 0301/Pekanbaru tersebut akan beroperasi hingga batas waktu yang tidak ditentukan selama kabut asap masih ada. Sejumlah posko kesehatan gratis untuk korban kabut asap di Kota Pekanbaru dan daerah-daerah lainnya kini sudah mulai banyak didirikan untuk menjaga kesehatan masyarakat ditengah kepungan kabut asap. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY (TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY)

Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan permasalahan kesehatan pada organ-organ tubuh.

Di dalam tubuh, keseimbangan oksigen dijaga oleh sistem kardiovaskuler dan sistem pernafasan.

Hipoksia seharusnya dihindari apalagi pada orang yang sudah mempunyai masalah pada pembuluh darah, baik pada pembuluh darah otak maupun pembuluh darah jantung.

Kadar oksigen rendah menyebabkan jantung akan mengalami penurunan suplai oksigen berat yang dapat menyebabkan terjadinya infark atau kematian jaringan.

TERTUTUP ASAP - Kondisi Kota Samarinda, Kalimantan Timur yang tertutup asap, Minggu (15/9/2019). Tiga hari terakhir, Kota Samarinda dilanda kabut asap akibat kebakaran lahan yang terjadi di wilayah Kota Samarinda sendiri dan kiriman dari beberapa daerah sekitar Samarinda. (TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN)
TERTUTUP ASAP - Kondisi Kota Samarinda, Kalimantan Timur yang tertutup asap, Minggu (15/9/2019). Tiga hari terakhir, Kota Samarinda dilanda kabut asap akibat kebakaran lahan yang terjadi di wilayah Kota Samarinda sendiri dan kiriman dari beberapa daerah sekitar Samarinda. (TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN) (Tribun Kaltim/FACHMI RACHMAN)

Begitu pula pada orang yang sudah mempunyai masalah pembuluh darah otak, kekurangan oksigen dapat memperburuk kondisi pasien hingga mengakibatkan pasien tidak sadarkan diri.

Penelitian membuktikan bahwa kondisi hipoksia sistematik kronik dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, jantung, dan lambung.

"Pertanyaan selanjutnya adalah, berapa persen penurunan kadar oksigen yang terjadi akibat asap yang menutupi Pekanbaru dan kota-kota lain di Indonesia yang tertutup kabut asap?"

Begitu kata Prof Dr dr Ari Fahrial Syam seperti dikutip dari keterangan pers yang dikirim kepada Warta Kota (Tribunnews.com Network), Senin (16/9/2019).

"Hal ini yang harus dijawab terlebih dahulu sehingga kita bisa memprediksi terjadinya hipoksia pada masyarakat akibat dari turunnya kadar oksigen dari udara tersebut," ujarnya lagi.

Di sisi lain, komponen asap akibat kebakaran hutan juga harus dianalisa, sehingga dapat diprediksi dampaknya terhadap kesehatan.

ASAP DI TENGGARONG - Kondisi kabut asap yang menutupi wilayah Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Minggu (15/9/2019). Kabut asap akibat terjadi di seluruh wilayah Kalimantan Timur akibat terbakarnya lahan di kabupaten kota di Kaltim serta asap kiriman dari beberapa provinsi tetangga. (TRIUN KALTIM/FACHMI RACHMAN)
ASAP DI TENGGARONG - Kondisi kabut asap yang menutupi wilayah Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Minggu (15/9/2019). Kabut asap akibat terjadi di seluruh wilayah Kalimantan Timur akibat terbakarnya lahan di kabupaten kota di Kaltim serta asap kiriman dari beberapa provinsi tetangga. (TRIUN KALTIM/FACHMI RACHMAN) (Tribun Kaltim/Fachmi Rachman)

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kandungan asap dan dampak penurunan kadar oksigen sehingga dampak pada masyarakat dapat diprediksi dan diantisipasi.

"Untuk sementara memang masyarakat dianjurkan untuk tidak menghirup asap dan mencegah untuk tidak berada di luar rumah saat jumlah asap masih tinggi," tutur Ari yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Balita 4 Bulan Meninggal, Diduga akibat Kabut Asap

Anak kedua pasangan Ita Septiana (27) dan Ngadirun (34) yakni Elsa Fitaloka (4 bulan) meninggal setelah sempat dirawat di RS Ar Rasyid Palembang, Minggu (15/9/2019) pukul 18.35.

Bayi Elsa meninggal, diduga karena terkena ISPA.

Bayi Elsa Diduga Meninggal Karena ISPA
Bayi Elsa Diduga Meninggal Karena ISPA (Tribunsumsel.com)

Karena, beberapa sebelum meninggal Elsa sempat mengalami batuk-batuk dan juga disertai pilek.

"Sebelumnya, batuk, pilek dan perutnya sering kembung"

"Puncaknya semalam, seperti tidak bisa bernafas. Tetapi masih sadar dan mau minum ASI," ujar Ngadirun saat ditemui di rumah duka yang berada di Desa Yang Buluh RT 08 Kecamatan Talang Kelapa Banyuasin, Senin (16/9/2019).

Paginya, kondisi Elsa kian tidak bagus.

Terpapar Kabut Asap Elsa Fitaloka meninggal diduga terkena ISPA, Senin (16/9/2019)
Terpapar Kabut Asap Elsa Fitaloka meninggal diduga terkena ISPA, Senin (16/9/2019) (TRIBUN SUMSEL/ARDIANSYAH)

Sehingga kedua orangtuanya memilih untuk membawa anaknya ke bidan desa untuk diperiksa.

Sampai di tempat bidan desa, sang bidan menyarankan agar Elsa segera dibawa ke rumah sakit agar bisa mendapatkan pengamanan lebih intensif.

(Wartakota/Lilis Setyaningsih/Sriwijaya Post)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Dampak Menghirup Asap Kebakaran Hutan Terhadap Kesehatan Tubuh, Ini Penjelasannya,

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas