UPDATE Daftar Obat Pilihan yang Digunakan untuk Mengobati Covid-19: Remdesivir hingga Favipiravir
UPDATE Daftar Obat Pilihan yang Digunakan untuk Mengobati Covid-19: Remdesivir hingga Favipiravir
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah daftar obat-obat yang dipilih untuk menangani Covid-19.
Saat ini WHO belum merekomendasikan satu obat pun yang pasti bisa menyembuhkan virus corona.
Namun para dokter dan peneliti mencoba dan menguji obat mana yang paling efektif untuk menyembuhkan Covid-19.
Seperti yang dilansir Bloomberg, contohnya, Amerika Serikat telah memberikan izin darurat untuk obat remdesivir kepada Gilead Sciences Inc., setelah uji coba yang dijalankan pemerintah menunjukkan obat itu membantu pasien pulih lebih cepat.
Sementara itu, daftar obat pilihan di bawah ini masih berada dalam tahap awal.
Artinya, standar emas data, yaitu uji klinis dengan plasebo "buta" dan kelompok terapi, masih sulit didapat.
Perlu diketahui, ada 3 metode penanganan virus corona, yaitu dengan obat untuk penyembuhan, vaksin sebagai pencegah, maupun terapi tidak langsung.
Berikut ini adalah daftar obat antivirus yang digunakan sejumlah dokter di berbagai belahan dunia untuk mengobati virus corona.
1. Remdesivir
Perusahanan pengembang: Gilead Sciences Inc.
Remdesivir adalah obat eksperimental yang menargetkan bahan genetik yang disebut RNA dan dimaksudkan untuk menghentikan replikasi SARS-CoV-2.
Dicoba sebelumnya sebagai obat Ebola.
Berita Terbaru:
Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA) menyetujui penggunaan obat Remdesivir di bawah otorisasi darurat pada 1 Mei.
Persetujuan darurat berdasarkan hasil awal dari penelitian besar terkontrol plasebo yang dijalankan oleh pemerintah AS yang menunjukkan bahwa pasien yang diberikan remdesivir pulih lebih cepat daripada mereka yang mendapat plasebo.
Namun, temuan itu bertentangan dengan penelitian di China yang menunjukkan bahwa remdesivir tidak membantu pasien sembuh lebih cepat, dan tidak menurunkan jumlah kematian.
2. Hydroxychloroquine (hidroksiklorkuin), chloroquine (klorokuin)
Perusahanan pengembang: Obat generic dibuat oleh Teva Pharmaceutical Industries Ltd., Sanofi, Mylan NV, Natco Pharma Ltd., Novartis AG, Bayer AG dan lainnya.
Hydroxychloroquine dan chloroquine adalah obat anti-malaria yang telah diuji dalam wabah lain sebelumnya.
Bertahun-tahun, efek samping hydroxychloroquine dan chloroquine relatif terkenal dan keduanya tersedia sebagai obat generik dengan biaya lebih rendah.
Berita Terbaru:
Presiden Donald Trump telah berulang kali menggembar-gemborkan obat ini meskipun belum ada bukti pasti tentang apakah obat itu dapat mengobati atau mencegah virus corona.
Pada bulan Maret, FDA mengeluarkan otorisasi darurat untuk rumah sakit dalam penggunaan kedua obat itu.
Sementara uji coba sedang berlangsung, terjadi penimbunan obat yang mengakibatkan pasien yang membutuhkannya, misalnya penderita lupus, kekurangan.
Badan kesehatan A.S. telah memperingatkan efek samping yang merugikan, dan telah menyarankan pasien tidak boleh minum obat ini kecuali dimonitor oleh rumah sakit atau melalui uji klinis.
Lebih dari 100 uji klinis tahap akhir telah diluncurkan secara global untuk menentukan apakah hydroxychloroquine dapat berfungsi sebagai terapi pencegahan atau sebagai pengobatan untuk pasien, dan beberapa akan melaporkan datanya awal pada bulan Mei.
3. Plasma penyembuh (TAK-888)
Perusahanan pengembang: Takeda Pharmaceutical Co.
Takeda sedang mengeksplorasi apakah plasma darah dari pasien Covid-19 yang pulih, yang dapat mengandung antibodi penangkal virus, dapat digunakan melawan penyakit tersebut.
Perawatan serupa menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengobati infeksi serius lainnya.
Berita Terbaru:
Takeda mengatakan bahwa mereka bisa mendapatkan persetujuan pengobatan turunan plasma untuk Covid-19 pada akhir tahun ini.
FDA juga telah menawarkan bimbingan kepada para peneliti dan rumah sakit yang ingin menggunakan plasma secara eksperimental.
4. Antibodi Monoklonal Covid-19
Perusahanan pengembang: AstraZeneca Plc, Eli Lilly & Co., Regeneron Pharmaceuticals Inc., dan lainnya.
Antibodi yang ditemukan oleh pembuat obat dapat meniru respons sistem kekebalan terhadap virus, misalnya dengan memblokir apa yang disebut protein lonjakan yang digunakan virus corona untuk menginfeksi sel manusia.
Berita Terbaru:
Beberapa perusahaan berlomba-lomba untuk mendapatkan izin uji antibodi ke dalam tubuh manusia pada akhir musim panas ini.
Pada 23 April, Eli Lilly & Co. mengatakan akan mendekati regulator A.S. dengan obat yang kini masih diinvestigasi untuk memindahkan terapi antibodi ke tubuh manusia pada akhir Mei.
Pada 16 April, Regeneron mengatakan bahwa mereka telah memasukkan antibodi penawar virus corona ke dalam produksi skala klinis untuk mendapatkan pasokan yang cukup untuk percobaan manusia pada Juni.
Dan pada 8 April, AstraZeneca mengatakan sedang bekerja dengan banyak mitra akademik untuk membantu mengidentifikasi antibodi anti-Covid terbaik, dengan tujuan memulai uji coba manusia dalam tiga hingga lima bulan.
5. Favipiravir
Perusahanan pengembang: Zhejiang Hisun Pharmaceutical Co.
Favipiravir adalah obat flu yang dijual dengan merek dagang Avigan oleh FujiFilm Holdings Corp di Jepang.
Favipiravir juga menargetkan viral load untuk menghentikan penyebaran virus.
Berita Terbaru:
Sebuah penelitian pada 80 pasien di bulan Maret menemukan bahwa obat favipiravir tampaknya membantu menghilangkan virus seminggu lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan obat HIV dari AbbVie Inc.
Penggunaan favipiravir juga dikaitkan dengan gejala infeksi dada yang membaik.
6. (Belum ada nama)
Perusahanan pengembang: GlaxoSmithKline Plc, Vir Biotechnology Inc.
Perusahaan berencana untuk menggunakan teknologi pengeditan gen Crispr untuk menemukan target antibodi untuk Covid-19.
Berita Terbaru:
Glaxo dan Vir berencana untuk menyelidiki dua kandidat obat ke studi tahap tengah pada musim panas ini secepatnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)