Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Tidak Perlu Dikhawatir Lakukan Operasi Jantung Saat Pandemi Covid-19

Di saat masa pandemi Covid-19, masih ada sebagian warga yang sakit atau harus operasi merasa ketakutan untuk ke rumah sakit.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
zoom-in Tidak Perlu Dikhawatir Lakukan Operasi Jantung Saat Pandemi Covid-19
kutv.com
Ilustrasi jantung sehat. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di saat masa pandemi Covid-19, masih ada sebagian warga yang sakit atau harus operasi merasa ketakutan untuk ke rumah sakit.

Mereka memiliki kekhawatiran akan ketularan Covid-19 dari penderitanya.

Lantas bagaimana prosedur penanganannya operasi jantung ?

Ahli jantung dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr Maizul Anwar Sp.BTKV mengatakan, sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan melakukan operasi jantung di saat pandemi ini.

Baca: Nyeri Dada Tak Selalu Disimpulkan Penyakit Jantung, Ketahui Masalah kesehatan dengan Gejala Tersebut

Baca: Operasi Tak Berarti Aman, Jika Gaya Hidup Tidak Sehat Bisa Kembali Memicu Masalah Pada Jantung

Kuncinya, rumah sakit menjalankan protokol kesehatan bagi pasien dan tenaga medis untuk memastikan keamanan dan kesehatan bersama.

"Sebelum jadwal operasi diberikan kepada pasien, proses skrining dan pemeriksaan COVID-19 akan dilakukan terlebih dahulu," katanya saat temu media via zoom, Jumat (13/6/2020).

Seorang pasien segera dibawa tim gugus tugas menuju RSUD IA Moeis merupakan warga Kota Samarinda, berjenis kelamin laki-laki, berusia 57 tahun. Sebelumnya tengah dirawat lantaran menderita sakit jantung, namun saat dilakukan rapid test hasilnya reaktif Covid-19, Sabtu (30/5/2020)
Seorang pasien segera dibawa tim gugus tugas menuju RSUD IA Moeis merupakan warga Kota Samarinda, berjenis kelamin laki-laki, berusia 57 tahun. Sebelumnya tengah dirawat lantaran menderita sakit jantung, namun saat dilakukan rapid test hasilnya reaktif Covid-19, Sabtu (30/5/2020) (Istimewa)
Berita Rekomendasi

Prosesnya pasien terlebih dahulu mengikuti tes cepat (rapid test) atau dengan metode usap (swab) untuk mengetahui apakah pasien positif terinfeksi COVID-19 atau tidak.

"Jika hasil tes positif, maka tim dokter menyarankan agar pasien menunda operasinya, dengan catatan kondisi pasien itu tidak darurat atau tidak memerlukan operasi dalam waktu cepat," kata pimpinan Siloam Heart Institute (SHI) ini.

Penyakit jantung, merupakan salah satu faktor risiko pada COVID-19 sehingga jika dioperasi saat pasien masih positif COVID-19 akan memperburuk keadaan pasien.

Baca: Masih Muda Sudah Ubanan, Ketahui Penyebabnya

Untuk itu, pasien tersebut harus mengikuti perawatan penanganan COVID-19 dahulu dan diberi pengobatan dan setelah sembuh baru dioperasi untuk memulihkan kerja jantungnya.

"Jika kondisi jantungnya tidak lagi normal dan memerlukan operasi, maka pasien harus dioperasi. Jangan takut, karena dilakukan sesuai dengan prosedur yang baik," katanya.

Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan penyebab nomor satu kematian di dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.

Sekitar 31% dari seluruh kematian di dunia, atau sekitar 8,7 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat sebesar 1,5% atau 15 dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner.

Maizul Anwar mengatakan, penyakit jantung yang paling umum terjadi adalah penyakit jantung koroner yang dialami mulai dari usia produktif yaitu termuda 31 tahun hingga 85 tahun.

Untuk kasus usia di bawah 50 tahun, kejadian penyakit jantung koroner berhubungan erat dengan gaya hidup, seperti pola makan yang kurang baik, merokok, tidak berolahraga, hipertensi, serta stres yang tinggi.

Selain itu, dapat juga terjadi karena hiperkolesterolemia (gula darah tinggi karena hasil metabolisme dari pola makan yang tidak sehat).

"Pada kasus-kasus penyakit jantung koroner yang tidak bisa diatasi lagi dengan obat-obatan atau pasien yang sudah memasang stent dan tidak dapat diulang lagi, dalam dunia medis solusi untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan melakukan prosedur Coronary Artery Bypass Graft (CABG)," jelas dr. Maizul.

CABG adalah sebuah prosedur tindakan bedah dengan membuat pembuluh darah baru atau biasa disebut bypass pada penyakit jantung koroner.

Pembuluh darah baru tersebut nantinya akan melintasi pembuluh darah jantung yang menyempit dengan menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh lain, seperti arteri di dada, lengan, dan pembuluh vena dari kaki.

Tindakan CABG dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu dengan menggunakan mesin jantung paru konvensional (on pump) atau tanpa menggunakan mesin jantung paru (off pump).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas