Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Ingin Produksi Massal Kalung Anticorona, Kementan Diminta Fokus soal Ketahanan Pangan

Trubus Rahadiansyah, menilai apa yang dilakukan Kementan itu jauh di luar tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kementerian.

Penulis: Dodi Esvandi
Editor: Sanusi
zoom-in Ingin Produksi Massal Kalung Anticorona, Kementan Diminta Fokus soal Ketahanan Pangan
DOK. Humas Kementerian Pertanian via Kompas.com
Kementan akan memproduksi kalung dari tanaman eucalyptus yang diklaim mampu membunuh virus. 

Oleh karena itu, dia menganggap produksi produk eucalyptus yang ditujukan untuk mencegah virus corona terlalu dipaksakan dan berpotensi menimbulkan salah persepsi.

"Belum terbukti secara ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah tentang potensi mencegah virus SARS-CoV-2," jelas dia.

"Sebagai gambaran saja, obat anti-malaria yang salah satu senyawanya berasal dari tumbuhan perlu hampir 20 tahun untuk resmi diakui," lanjut Dicky.

Senada dengan Dicky, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam juga menyebut bahwa perlu riset panjang untuk mengklaim kalung eucalyptus yang akan diproduksi Kementan sebagai antivirus corona.

Oleh karena itu ia tidak sependapat jika kalung eucalyptus disebut sebagai kalung antivirus corona. Menurut Ari, kalung tersebut cukup disebut dengan kalung kayu putih atau kalung eucalyptus.

"Cukuplah disebut kalung kayu putih atau kalung eucalyptus atau kalung aromatherapy," kata Ari.

Bukan Obat

Berita Rekomendasi

Menanggapi kontroversi mengenai kalung anticorona itu, Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Kementerian Pertanian, Indi Dharmayanti kemudian memberi penjelasan. Ia menegaskan, riset tentang produk tersebut memang masih panjang.

"Sebenarnya bukan obat untuk Corona, karena riset masih terus berjalan. Tapi ini adalah ekstrak dengan metode destilasi untuk bisa membunuh virus yang kita gunakan di laboratorium. Toh sesudah kita lakukan screening ternyata eucalyptus ini memiliki kemampuan membunuh virus influenza bahkan Corona," tegasnya dalam keterangan tertulis, Minggu (5/7).

Indi menegaskan pula bahwa klaim antivirus bukan berasal dari peneliti. Riset yang telah dilakukan masih dalam tahap in vitro, yang artinya belum diujikan pada manusia.

"Bukan, klaim kita yang di BPOM adalah jamu melegakan saluran pernapasan, mengurangi sesak tapi punya konten teknologi di mana kita buktikan invitro bias membunuh Corona model dan influenza, cenderung mengurangi paparan," jelas Indi.

Ia juga mengakui bahwa membuktikan potensinya pada Covid-19, masih dibutuhkan riset lebih lanjut.

"Iya, masih potensi Covid. Saya selalu bilang itu potensi semua wawancara tidak klaim itu antivirus kok. Itu berpotensi karena kita akan buktikan pengobatan Covid," lanjutnya.(tribun network/rey/dod/kps)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas