6 Bahan Kosmetik Ini Tidak Aman untuk Wanita Hamil, Kandungan Pencerah Kulit hingga Anti Penuaan
Wanita hamil memerlukan perhatian lebih, terutama untuk menjaga kesehatan tubuhnya.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Wanita hamil memerlukan perhatian lebih, terutama untuk menjaga kesehatan tubuhnya.
Lantaran tidak hanya untuk sang ibu, kesehatan juga diperlukan untuk perkembangan janin yang dikandung, hingga waktu melahirkan.
Banyak aspek yang perlu diperhatikan, baik istirahat yang cukup, gizi dari makanan yang dikonsumsi, waktu olahraga, bahkan kosmetik yang digunakan.
Khususnya kosmetik, tentu saja tidak dapat sembarang menggunakannya, lantaran harus memerhatikan bahan serta kandungan yang ada di dalamnya.
Seperti diketahui ada bahan-bahan kosmetik yang aman digunakan pada ibu hamil, namun ada juga yang tidak.
Lantas apa saja bahan-bahan kosmetik yang tidak aman digunakan ibu hamil?
Berikut dirangkum Tribunnews.com dari The Gulf News:
1. Retin-a atau Retinol
Semua bahan ini memiliki nama yang berbeda untuk berbagai bentuk vitamin A.
Retinol sering digunakan dalam krim wajah, gel di bawah mata, dan eksfoliator karena sifat anti-penuaannya.
Sementara jumlah vitamin A yang cukup, penting untuk pertumbuhan embrio.
Baca juga: Diklaim Bisa Picu Kontraksi, Burger di Restoran Ini Diserbu Wanita Hamil
Namun beberapa penelitian telah mengaitkan asupan yang berlebihan Retinol dapat menyebabkan malformasi kepala, jantung, otak, dan sumsum tulang belakang bayi.
Sehingga untuk menghindari risiko, sebaiknya dihindari.
2. Asam Salicylic atau Salisilat
Asam Salicylic atau Salisilat hadir dalam produk eksfoliasi.
Terutama pada pembersih, serta dalam krim anti penuaan, dan gel atau lotion yang mengobati jerawat dan ketombe.
Namun ada beberapa kekhawatiran tentang efek asam salisilat pada kehamilan.
Lantaran telah dikaitkan dengan peningkatan risiko pendarahan intrakranial.
Bentuk asam salisilat topikal yang dijual bebas memang belum terbukti tidak aman, namun diperlukan lebih banyak penelitian.
Anda mungkin lebih suka menggantinya dengan produk yang mengandung asam glikolat, laktat, dan mandelik, memiliki kegunaan mirip asam salisilat.
3. Minyak Esensial
Tidak semua minyak baik untuk kehamilan dan masalahnya juga karena kita tidak tahu seberapa banyak minyak tertentu yang diserap tubuh.
Melati dan clary sage telah diketahui dapat memicu kontraksi pada kehamilan, sage dan minyak rosemary dapat menyebabkan pendarahan, serta rosemary telah terbukti dapat meningkatkan tekanan darah.
Minyak tea tree sangat beracun bila tertelan.
Efek sampingnya termasuk dermatitis, reaksi obat, penyakit melepuh yang disebut IgA linier, dan efek estrogenik.
Sedangkan minyak rosemary dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan kontraksi rahim pada dosis tinggi.
Jika Anda mencoba pijat prenatal atau ingin memanjakan diri sendiri di rumah, pastikan untuk memeriksa apakah minyak esensial yang digunakan benar-benar aman bagi wanita hamil.
4. Sunscreen atau Tabir Surya
Wanita hamil sebaiknya memilih tabir surya yang berbahan dasar alami daripada yang kimiawi.
Di mana yang mengandung filter seperti oxybenzone dan avobenzone, dapat mengganggu hormon.
Ini adalah masalah yang kontroversial, tetapi beberapa penelitian menunjukkan hal tersebut telah dikaitkan dengan obesitas pada masa kanak-kanak, ADHD, dan efek perkembangan pada sistem saraf.
Sebuah studi tahun 2019 menemukan hubungan antara penggunaan tabir surya yang mengandung oksibenzon pada kehamilan dan cacat lahir langka yang disebut penyakit Hirschsprung.
Lebih baik menggunakan tabir surya mineral yang mengandung zinc oxide atau titanium oxide, yang melindungi dengan memantulkan cahaya dan bersifat hipoalergenik.
Wanita hamil pun sebaiknya harus menghindari terik matahari di tengah hari untuk mencegah kepanasan.
5. Hidrokuinon
Pencerah kulit yang kuat ini mungkin menggoda untuk digunakan.
Terutama saat kehamilan wanita mengalami hiperpigmentasi, bintik hitam, atau dark spot alias 'topeng kehamilan'.
Tetapi bahan kosmetik ini sebaiknya dihindari.
Sementara penelitian belum mengaitkan hydroquinone dengan efek samping tertentu.
6. Paraben
Pengawet umum dalam kosmetik, ini dikenal sebagai pengganggu hormon dan mudah diserap ke dalam kulit.
Bahkan begitu banyak produk kosmetik menggunakannya.
Mulai dari sampo hingga pembersih wajah dan make-up yang mengandung paraben.
Menurut sebuah studi tahun 2016 di Journal of Chemistry, paparan prenatal terhadap BPA (sejenis paraben) telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kehamilan dan masa kanak-kanak.
Termasuk keguguran, berat badan lahir rendah, obesitas, gangguan pertumbuhan janin, dan masalah perilaku.
Berita kesehatan lainnya
Ilmuwan Temukan Pengobatan Kanker Baru, Disebut Perpanjang Harapan Hidup hingga Gantikan Kemoterapi
Ilmuwan asal Israel telah menciptakan cara untuk mengobati kanker seperti menggunakan 'gunting kecil' untuk menargetkan sel kanker dalam tubuh.
Percobaan tersebut telah berhasil dilakukan pada hewan tikus, menurut sebuah laporan.
"Ini adalah studi pertama di dunia yang membuktikan bahwa sistem pengeditan genom CRISPR, yang bekerja dengan memotong DNA, dapat secara efektif digunakan untuk mengobati kanker pada hewan," kata Profesor Dan Peer, pakar kanker dari Universitas Tel Aviv.
Dilansir New York Post, penelitian rekan diterbitkan minggu lalu di jurnal Science Advances.
"Tidak ada efek samping, dan kami yakin bahwa sel kanker yang dirawat dengan cara ini tidak akan pernah aktif lagi."
Pihaknya juga menambahkan, teknologi tersebut dapat memperpanjang harapan hidup pasien kanker dan kami berharap, suatu hari, menyembuhkan penyakitnya.
Diharapkan, metode ini nantinya dapat menggantikan pengobatan kemoterapi.
Baca juga: Analis Rusia Sebut Vladimir Putin Derita Kanker dan Parkinson, Sempat Jalani Operasi Februari Lalu
“Jika kita bisa menggunakan teknologi ini, maka dalam tiga perawatan kita bisa menghancurkan tumor. Teknologi ini secara fisik dapat memotong DNA dalam sel kanker, dan sel tersebut tidak akan bertahan,” kata Peer.
Penelitian ini menggunakan teknologi pengeditan genom menggunakan nanopartikel lipid yang ditargetkan untuk terapi kanker.
Para ilmuwan menggunakan teknik ini pada ratusan tikus, dan Peer mengatakan metode tersebut berpotensi digunakan pada manusia dalam dua tahun.
Dilansir The Times Of Israel, Peer mengatakan pengobatannya akan sangat disesuaikan kebutuhan masing-masing pasien berdasarkan biops.
Obat diberikan sebagai suntikan umum atau suntikan langsung ke tumor, tergantung mana yang paling cocok.
“Teknologi ini perlu dikembangkan lebih lanjut, tetapi yang utama kami telah menunjukkan bahwa ini dapat membunuh sel kanker,” ujarnya.
Untuk penelitian ini, Peer dan timnya memilih dua dari kanker paling mematikan: glioblastoma dan kanker ovarium metastatik.
Baca juga: BPOM Sebut Obat Anti-Diabetes Metformin yang Berisiko Kanker Tidak Beredar di Indonesia
Baca juga: Yayasan Amal Kanker Joe Biden Disebut Raup Jutaan Dolar Tapi Nol Kontribusi untuk Penelitian Medis
Glioblastoma adalah jenis kanker otak yang paling agresif, dengan harapan hidup 15 bulan setelah diagnosis dan tingkat kelangsungan hidup lima tahun hanya 3 persen.
Mereka berencana mengembangkan pengobatan untuk semua jenis kanker.
Dia mengatakan bahwa injeksi terdiri dari tiga komponen: nanopartikel yang dibuat dari lipid, messenger RNA yang menyandikan fungsi 'gunting kecil' untuk memotong DNA, dan sistem navigasi yang mengenali sel kanker.
“Ketika kami pertama kali berbicara tentang pengobatan dengan messenger RNA dua belas tahun lalu, orang mengira itu fiksi ilmiah,” kata Peer.
"Saya percaya bahwa dalam waktu dekat, kita akan melihat banyak perawatan yang dipersonalisasi berdasarkan pembawa pesan genetik, untuk kanker dan berbagai penyakit genetik," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)