Jangan Anggap Sepele Gejala Sering Pipis, Ini Penyebab dan Cara Mencegahnya
Overactive bladder atau OAB merupakan sebuah gangguan dan umum dialami manusia lanjut usia
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika belakangan Anda sering buang air kecil atau tanpa disengaja air seni keluar tanpa bisa ditahan, bisa jadi itu adalah gejala Overactive Bladder atau disebut OAB di dalam kandung kemih Anda.
Lalu apa itu OAB dan apa penyebabnya?
Dokter Spesialis Urologi-Konsultam Urologi wanita dan neoro-Urologi, dr Harrina E Rahardjo, Sp. U ( K) , Phd., dari Siloam Hospitals Asri menjelaskan, kandung kemih overaktif atau overactive bladder (OAB) adalah masalah pada fungsi penyimpanan kandung kemih yang menyebabkan dorongan untuk buang air kecil secara mendadak dan tidak bisa dikontrol atau keluarnya urine tanpa disadari (inkontinensia urine).
"Penyebab utama adalah pada overactive bladder, terdapat kesalahan pengiriman sinyal antara otak dan kandung kemih."
"Otot kandung kemih berkontraksi terlalu awal walaupun kandung kemih belum penuh. Kontraksi ini memicu rasa ingin buang air kecil lebih sering dari biasanya," ujar dr Harrina E Rahardjo, Sp. U(K) , Phd., melalui Webinar Kesehatan yang diselenggarakan Manajemen Siloam Hospitals Asri dengan tema : "Jangan Anggap Sepele, Wanita Sering "pipis" atau "beser" di Jakarta Selatan, Kamis (28/1/2021).
Baca juga: Cerita Keseruan Roger Danuarta Ganti Popok yang Basah karena Pipis dan Khawatir Gendong Anak
Dalam presentasinya, Herina menjelaskan, organ ginjal berfungsi menyaring darah dan menghasilkan urine.
Urine yang terbentuk lalu dialirkan menuju kandung kemih untuk ditampung sementara.
Pada ujung kandung kemih, terdapat sfingter (otot berbentuk cincin) yang menahan urine agar tidak keluar.
"Secara normal, ketika kandung kemih mulai penuh, otak akan mengirimkan sinyal menuju saraf kandung kemih untuk segera buang air kecil.
Otot kandung kemih pun berkontraksi (meremas), sfingter terbuka, dan urine akhirnya keluar dalam proses buang air kecil," imbuhnya.
Baca juga: Tes Urine Millen Cyrus Positif Narkoba, Ini Penjelasan Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok
Harrina E Rahardjo menjelaskan, terdapat sejumlah kondisi penyebab overactive bladder, yaitu :
1. Gangguan saraf, akibat stroke atau multiple sclerosis.
2. Infeksi saluran kemih dengan gejala yang mirip kandung kemih overaktif.
3. Perubahan hormon selama menopause.
4. Kerusakan saraf akibat penyakit diabetes.
5. Adanya tumor atau batu pada kandung kemih.
6. Pembesaran prostat, sembelit, atau efek samping operasi dan Konsumsi obat-obatan yang meningkatkan produksi urine.
"Mengkonsumsi alkohol serta kafein atau terjadi penurunan fungsi kandung kemih seiring bertambahnya usia," ungkap Harrina menjelaskan akan sejumlah kondisi penyebab OAB.
Konsultasi Dokter dan Terapi Solusi OAB
Overactive bladder atau OAB merupakan sebuah gangguan dan umum dialami manusia lanjut usia.
Meski demikian hal ini bukan berarti boleh dianggap wajar.
Jika gejala yang Anda alami mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, Dokter Spesialis Urologi-Konsultam Urologi wanita dan neoro-Urologi, dr Harrina E Rahardjo ,Sp. U ( K) , Phd., dari Siloam Hospitals Asri menyarankan agar segera ke dokter guna konsultasi untuk penyembuhannya.
"Dari sisi pengobatan, bisa melalui pemberian obat paska ditemukan adanya OAB, penggunaab terapi dan alat. Contohnya penanganan latihan otot dasar panggul lalu stimulasi syaraf," sebut Harrina dalam Webinar tersebut.
Baca juga: Pemerintah Diminta Menggratiskan Biaya Perawatan dan Pengobatan Para Korban Gempa di Sulbar
Secara spesifik, penanganan OAB dapat dilakukan dengan sejumlah langkah berikut :
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Pemeriksaan tambahan, seperti : Cek urin, Catatan Harian berkemih ( applikasi di playstore android), Quesioner bergejala,Past Void residual.
3. Pemeriksaan radiologi yaitu, USG.
"Mencegah lebih baik dari pada mengobati, karenanya dengan terapi prilaku gaya hidup dan diiringi dengan mengurangi konsumsi kafein, menjaga berat badan, olahraga atau senam dan berhenti merokok merupakan langkah yang ideal," ujar dr Harrina E Rahardjo.