Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Studi Terbaru: Orang yang Pernah Positif Covid-19 Kemungkinan Tidak Terinfeksi Lagi Selama 6 Bulan

Antibodi itu kemungkinan besar melindungi mereka dari infeksi ulang virus itu selama enam bulan ke depan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Studi Terbaru: Orang yang Pernah Positif Covid-19 Kemungkinan Tidak Terinfeksi Lagi Selama 6 Bulan
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Petugas medis mengantar ke kamar seorang pasien Covid-19 yang baru datang di Rumah Singgah Isolasi Mandiri Medco Foundation, di Hotel Nyland, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (27/1/2021). Rumah singgah isolasi mandiri ini, saat ini dihuni sebanyak 74 pasien Covid-19 dengan gejala ringan dan OTG (orang tanpa gejala) dari kapasitas 87 kamar yang tersedia, dengan fasilitas makanan, pemantauan kesehatan, lokasi untuk berjemur dan berolahraga, serta didukung tenaga medis dua orang dokter dan delapan perawat dari Dinkes Kota Bandung. Tribun Jabar/Gani Kurniawan 

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Hampir semua orang yang sebelumnya terinfeksi virus corona baru memiliki tingkat antibodi yang tinggi selama setidaknya enam bulan.

Antibodi itu kemungkinan besar melindungi mereka dari infeksi ulang virus itu selama enam bulan ke depan.

Demikian hasil sebuah penelitian besar yang dpublikasikan di Inggris.

Para ilmuwan mengatakan, penelitian, yang mengukur tingkat infeksi virus corona sebelumnya pada populasi di seluruh Inggris serta berapa lama antibodi bertahan pada mereka yang terinfeksi, memperlihatkan kasus infeksi ulang yang cepat akan jarang terjadi.

"Sebagian besar orang mempertahankan antibodi, yang dapat dideteksi setidaknya selama enam bulan setelah terinfeksi virus corona," kata Naomi Allen, profesor dan kepala ilmuwan di UK Biobank, tempat penelitian dilakukan, seperti dikutip Reuters.

Baca juga: 646.02 Tenaga Kesehatan Telah Disuntik Vaksin Covid-19 hingga 3 Februari

Di antara peserta yang sebelumnya terinfeksi virus corona, sebanyak 99% mempertahankan antibodi terhadap SARS-CoV-2 selama tiga bulan, merujuk hasil penelitian yang dirilis Rabu (3/2). Setelah enam bulan penuh penelitian ini berlangsung, 88% masih memiliki antibodi.

 "Meskipun kami tidak dapat memastikan bagaimana hal ini berkaitan dengan kekebalan, hasil menunjukkan, orang mungkin terlindungi dari infeksi berikutnya setidaknya selama enam bulan setelah infeksi alami," ujar Allen.

Berita Rekomendasi

Menurut dia, temuan itu juga sesuai dengan hasil penelitian lain di Inggris dan Islandia yang menemukan antibodi terhadap virus corona cenderung bertahan selama beberapa bulan pada mereka yang pernah mengidap Covid-19 dan sembuh.

Sebuah studi terhadap petugas layanan kesehatan Inggris yang diterbitkan bulan lalu memperlihatkan, orang yang menderita Covid-19 kemungkinan besar dilindungi setidaknya selama lima bulan. Tetapi, mereka yang memiliki antibodi mungkin masih bisa membawa dan menyebarkan virus.

Studi UK Biobank juga menemukan, proporsi populasi Inggris dengan antibodi Covid-19, ukuran yang dikenal sebagai seroprevalensi, naik dari 6,6% pada awal masa studi Mei/Juni 2020 menjadi 8,8% di November/Desember 2020.

Kemenkes Imbau Masyarakat Tetap Disiplin Protokol Kesehatan

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, 1,5 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas pelayanan publik merupakan bagian dari 181,5 juta penduduk yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19.


Vaksinasi tersebut dilakukan dalam rangka membentuk kekebalan kelompok di masyarakat terhadap virus corona.

Meski begitu, Siti menyebut untuk menuju kekebalan kelompok, selain vaksinasi, protokol kesehatan 3M yakni mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker serta menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas tetap harus dilaksanakan secara ketat.

Baca juga: Update Corona di Indonesia 2 Februari 2021: Tambah 10.379, Total Kasus Covid-19 Berjumlah 1.099.687

Hal itu disampaikan Siti Nadia Tarmizi usai menyaksikan kedatangan 10 juta dosis bahan baku vaksin Covid-19 di Bandara Internasional Seokarno-Hatta, Tangerang, Selasa (2/2/2021).

"Kami terus menghimbau seluruh masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, baik yang sudah maupun yang belum divaksinasi," kata Siti.

"Karena protokol kesehatan ini akan melindungi kita dan orang di sekitar kita dan orang yang kita cintai dari penularan Covid-19. Jangan sampai kita lengah tetap disiplin, dalam usaha kita bersama dalam menangani pandemi Covid-19," tambahnya.

Baca juga: Jokowi: Tidak Ada Formula Standar Atasi Pandemi Covid-19 

Siti mengatakan, sebanyak lebih dari 500 ribu tenaga kesehatan telah memperoleh suntikan dosis vaksinasi Covid-19.

Para tenaga kesehatan tersebut memang merupakan prioritas utama pemerintah di tahap awal program vaksinasi Covid-19 yang diberikan secara gratis kepada masyarakat.

Melihat jumlah tenaga kesehatan yang telah mendapatkan dosis vaksin tersebut, pemerintah optimistis bahwa target awal untuk 1,5 juta tenaga kesehatan mendapatkan vaksin Covid-19 dapat segera terwujud.

Baca juga: PPKM Tak Efektif, Wagub DKI : Kasus Covid-19 di Jakarta Masih Tinggi 

"Melihat jumlah nakes yang saat ini telah divaksinasi dan pengalaman puluhan tahun melakukan imunisasi maka kami optimis 1,5 juta target nakes dapat tercapai paling lambat akhir Februari," jelas Siti.

Indonesia sendiri memiliki puluhan tahun pengalaman untuk menggelar vaksinasi serupa yang saat ini dilakukan di seluruh Indonesia.

Vaksinasi untuk menimbulkan dan memperkuat respons imun terhadap virus korona ini merupakan hal yang sangat penting dan memiliki manfaat yang jauh lebih besar dibanding risikonya.

Pemerintah Percepat Kedatangan 140 Juta Dosis Bahan Baku Vaksin Covid-19 Sinovac

Pemerintah mempercepat kedatangan 140 juta dosis bahan baku atau bulk vaksin Covid-19 buatan perusahaan farmasi asal Cina, Sinovac Life Sciences Co. Ltd, untuk diproduksi PT. Bio Farma Persero.

Juru bicara PT. Bio Farma Persero Bambang Heriyanto mengatakan, ratusan juta bulk tersebut direncanakan tiba secara bertahap di Indonesia hingga November 2021. Namun kini dipercepat menjadi Juli.

Adapun kedatangan vaksin tahap keempat hari ini membawa 10 juta dosis vaksin dan satu juta overfiil vaksin.

Bambang menyampaikan hal tersebut dalam sambutan kedatangan vaksin tahap empat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, yang dikutip Tribunnews.com dari siaran langsung channel Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (2/2/2021).

"Bahan baku yang didatangkan dari Sinovac sebanyak 140 juta dosis untuk tahun 2021, Pengirimannya akan dilakukan secara bertahap hingga bulan Juli 2021, yang sebelumnya direncanakan November 2021 ini ada percepatan maju hingga Juli 2021," ungkap Bambang.

Baca juga: Laporan KIPI, Reaksi Pasca Disuntik Vaksin Covid-19 Ringan dan Tidak Serius

Baca juga: Perusahaan Farmasi Ini Catat Pendapatan Lebih dari Rp 100 M dari Penjualan Larutan Erythropoietin

Ia mengatakan, 15 juta dosis bulk yang tiba sebelumnya telah mulai diproses vaksin jadi di Bio Farma pada tanggal 14 Januari lalu dan ditargetkan rampung sebelum 11 Februari ini.

"Dari 15 juta bulk target produksi sekitar 13 batch atau setara dengan 13 juta dosis," tutur Bambang.

Sementara, bahan baku yang diterima hari ini akan mulai diproses pada tanggal 13 Februari dan diharapkan selesai pada 20 Maret 2021.

Pekerja dengan penjagaan petugas kepolisian melakukan bongkar muat Envirotainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (31/12/2020). Sebanyak 1,8 juta dosis vaksin COVID-19 Sinovac kembali tiba di Indonesia yang selanjutnya dibawa ke Bio Farma Bandung untuk dilakukan uji klinis. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pekerja dengan penjagaan petugas kepolisian melakukan bongkar muat Envirotainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (31/12/2020). Sebanyak 1,8 juta dosis vaksin COVID-19 Sinovac kembali tiba di Indonesia yang selanjutnya dibawa ke Bio Farma Bandung untuk dilakukan uji klinis. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Setelah selesai diolah menjadi vaksin siap edar, Bambang melanjutkan, terlebih dahulu harus melalui serangkaian uji mutu quality control ketat yang dilakukan oleh laboratorium Bio Farma maupun Badan POM.

"Uji mutu tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa vaksin yang hasilkan memenuhi standar kualitas dan standar mutu yang telah ditetapkan," ungkap dia.

Sumber: Kontan.co.id/Tribunnews.com

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas