Temuan Virus H5N8 di Rusia, Epidemiolog: Ini Sangat Serius
Rusia menemukan strain virus Avian Influenza (flu burung) atau disebut H5N8 yang ditularkan dari unggas ke manusia, ini terjadi pada 7 pekerja.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rusia baru saja menemukan strain virus Avian Influenza (flu burung) atau disebut H5N8 yang ditularkan dari unggas ke manusia, ini terjadi pada 7 pekerja peternakan unggas di Selatan Rusia.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa ini merupakan temuan baru yang penting karena kasus pertama penularan secara langsung ke manusia.
"Ya ini memang temuan penting ya, bahwa 7 kasus infeksi pada manusia dengan Avian Influenza ini terdeteksi di wilayah Rusia. 7 kasus positif H5N8 bird flu (flu burung) ya, ini terdeteksi di peternakan unggas di Southern (Selatan) Rusia, dan ini juga kasus pertama memang pada kasus manusia," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Senin (22/2/2021).
Baca juga: Terpapar Tanpa Gejala, Rusia Laporkan Kasus Manusia Pertama Terinfeksi Flu Burung H5N8
Baca juga: Temukan Kasus Pertama Flu burung pada Manusia, Rusia Lapor Ke WHO
Menurutnya, tindakan yang dilakukan otoritas Rusia untuk melaporkan temuan ini pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah tepat.
Hal itu karena ini merupakan kasus baru yang serius terkait potensi penularan antar manusia.
"Nah ini temuan sangat serius, tindakan Rusia sudah benar, melaporkan ke WHO. Karena subtipe dari H5N8 ini bisa menjadi subtipe novel influenza pada manusia," jelas Dicky.
Sehingga, kata dia, jika nantinya ada temuan bahwa H5N8 ini bisa menularkan virus antar manusia, maka tentunya berpotensi menjadi wabah.
Oleh karena itu ia menilai penting bagi tiap negara, termasuk Indonesia untuk merespons secara cepat terkait temuan kasus flu burung di Rusia ini.
Menurutnya, memberikan respons secara berlebihan (over response) dianggap lebih baik dibandingkan terlambat dalam melakukan pencegahan.
"Jadi potensi wabahnya ada ya, sehingga respons harus sangat cepat dan lebih baik over response untuk mencegah penularan lebih lanjut," kata Dicky.
Selain itu, ia menegaskan perlu dilakukan investigasi terkait potensi penularan virus ini antar manusia.
"Selain juga perlu diselidiki potensi penularan dari manusia ke manusia ," pungkas Dicky.
Sebelumnya Rusia telah mendaftarkan kasus pertama dari jenis virus flu burung bernama A (H5N8) yang ditularkan dari unggas ke manusia.
Kepala Pengawas Kesehatan Konsumen Rospotrebnadzor, Anna Popova mengatakan pada Sabtu lalu bahwa pihaknya telah melaporkan temuan tersebut kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dikutip dari laman Global News, Senin (22/2/2021), wabah strain H5N8 telah dilaporkan terjadi di Rusia, Eropa, China, Timur Tengah dan Afrika Utara dalam beberapa bulan terakhir.
Namun sejauh ini temuan ini hanya terjadi pada unggas saja, bukan manusia.
Strain lain virus ini pun telah dikenal sebagai H5N1, H7N9 dan H9N2.
"Rusia melaporkan kasus infeksi pertama pada manusia ini ke WHO beberapa hari yang lalu, tepat saat kami benar-benar yakin dengan hasil yang kami temukan," kata Popova, dalam tayangan televisi pemerintah 'Rossiya 24'.
Namun belum ada tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya penularan antar manusia.
Sebelumnya, tujuh pekerja di sebuah pabrik unggas di selatan Rusia telah terinfeksi jenis H5N8 di pabrik itu pada Desember 2021.
"Mereka yang terinfeksi saat ini merasa baik-baik saja, situasi ini pun tidak berkembang lebih jauh," kata Popova.
Dalam sebuah email, WHO Eropa mengatakan bahwa mereka telah memperoleh informasi dari otoritas Rusia tentang kasus infeksi pada manusia dengan H5N8 ini.
"Informasi awal menunjukkan bahwa kasus yang dilaporkan merupakan pekerja yang terpapar kawanan burung. Mereka tidak menunjukkan gejala dan tidak ada penularan dari manusia ke manusia. Kami sedang berdiskusi dengan otoritas nasional untuk mengumpulkan lebih banyak informasi dan memprediksi dampak strain ini terhadap kesehatan masyarakat," kata Juru Bicara WHO Eropa.
Perlu diketahui, sebagian besar kasus infeksi flu burung pada manusia telah dikaitkan dengan kontak langsung antara manusia dengan unggas hidup atau mati yang terinfeksi.
Meskipun makanan yang berasal dari unggas dan dimasak dengan benar tetap dianggap aman.
Wabah flu burung kerap membuat pabrik unggas memusnahkan unggasnya untuk mencegah terjadinya penyebaran virus dan menghindari pemberlakuan pembatasan perdagangan dari negara pengimpor.
Sebagian besar kasus ini disebarkan oleh burung liar yang bermigrasi, sehingga negara produsen cenderung menyimpan unggasnya di dalam ruangan atau terlindung dari kontak dengan satwa liar.
Institut Vektor Siberia mengatakan pada hari Sabtu lalu bahwa mereka akan mulai mengembangkan tes manusia dan vaksin untuk melawan H5N8.