Hipertensi Jadi Komorbid Tertinggi Covid-19 Secara Global Maupun Nasional
Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya dan dapat memicu munculnya penyakit lainnya pada penderitanya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya dan dapat memicu munculnya penyakit lainnya pada penderitanya.
Penyakit ini pun tercatat menjadi penyakit penyerta (komorbid) tertinggi dan paling berbahaya bagi pasien yang terinfeksi virus corona (Covid-19) karena dapat memperburuk kondisi mereka.
Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan khusus mengenai hal ini.
President of Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH mengatakan bahwa komorbid yang mendominasi pasien Covid-19 secara global adalah hipertensi.
"Data terkini menyebutkan bahwa hipertensi merupakan komorbid tertinggi Covid-19 di dunia termasuk di Indonesia," ujar dr Tunggul, damam webinar bertajuk 'Waspadai Hipertensi Sebagai Komorbid Tertinggi Covid-19', Jumat (26/2/2021).
Perbandingan persentasenya adalah sebanyak 56,6 persen di Amerika Serikat (AS), 58,3 persen di China, Italia 49 persen serta 50,5 persen di Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mencatat sebanyak 63 juta orang atau sebesar 34,1 persen penduduk di Indonesia menderita hipertensi.
Baca juga: 27 Ribu Nakes Batal Divaksinasi Covid-19 karena Kondisi Kesehatan, Paling Banyak Idap Hipertensi
"Dari populasi hipertensi tersebut, hanya sebesar 8,8 persen terdiagnosis hipertensi dan hanya 54,4 persen dari yang terdiagnosis hipertensi ini rutin minum obat," kata dr Tunggul.
Kendati demikian, kata dia, angka kematian yang disebabkan penyakit ini secara global maupun nasional masih terbilang stagnan.
"Penting diingat bahwa angka kematian akibat hipertensi di dunia termasuk di Indonesia sampai saat ini masih stagnan," jelas dr Tunggul.
Perlu diketahui, angka kematian akibat hipertensi di seluruh dunia dilaporkan mencapai lebih dari 9,4 juta per tahun.
"Ini merupakan yang tertinggi dibandingkan (kematian yang dosebabkan) penyakit-penyakit lainnya, baik di negara-negara maju maupun (di negara) yang sedang berkembang bahkan di negara-negara tertinggal sekalipun," pungkas dr Tunggul.
Namun karena saat ini masih pandemi, masyarakat pun diharapkan turut memantau secara rutin tekanan darah mereka sendiri di rumah untuk mengetahui apakah mereka berpotensi mengalami penyakit ini atau tidak.
Untuk mengurangi kunjungan mereka ke fasilitas kesehatan (faskes) seperti rumah sakit, masyarakat juga bisa menggunakan fasilitas telemedicine yang telah tersedia.