Selama Pandemi, Orang Indonesia Lupa Jaga Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebiasaan hidup bersih dan sehat seharusnya ditingkatkan saat pandemi Covid-19, termasuk merawat gigi dan mulut.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kebiasaan hidup bersih dan sehat seharusnya ditingkatkan saat pandemi Covid-19, termasuk merawat gigi dan mulut.
Namun dari survei terbaru dari Unilever disebutkan bahwa orang Indonesia selama pandemi jarang menyikat gigi.
Head of Sustainable Living Beauty and Personal Care and Home Care, Unilever Indonesia Foundation Drg. Ratu Mirah Afifah, GCClindent, MDSc mengatakan, pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan besar terhadap rutinitas sehari-hari masyarakat di seluruh dunia.
Khusus di Indonesia survey dilakukan kepada 1.000 responden berusia 18 tahun ke atas.
Baca juga: Penuhi Nutrisi Tubuh Di Masa Pandemi Dengan Konsumsi Yogurt
Baca juga: Sederet Masalah Gigi dan Mulut pada Anak, Dari Radang Gusi Sampai Berlubang
Hasil survey menunjukkan sikap dan perilaku di masa pandemi ternyata 7 dari 10 orang mengatakan selama pandemi mereka lebih fokus pada kesehatan dan kesejahteraan menyeluruh.
“Terjadi peningkatan dari kebiasaan-kebiasaan seperti makan makanan yang sehat, berolahraga, mengurangi merokok, dan mengurangi minum minuman beralkohol,” kata Ratu seperti dikutip dari keterangan Kementerian Kesehatan, Sabtu (18/3/2021).
Selain itu kebiasaan buruk meningkat selama di rumah yakni 2 dari 5 orang dewasa mengaku tidak menyikat gigi seharian, dan ada 7 dari 10 orang menghindari pergi ke dokter gigi.
Kebiasaan tersebut mudah ditiru oleh anak-anak, apabila orang tua tidak menyikat gigi dua kali sehari maka anak-anak 7 kali lebih memungkinkan untuk tidak menyikat gigi.
Sejak pandemi Covid-19 orang dua kali lebih sering mencuci tangan (64%) dibandingkan menyikat gigi (31%).
Di samping itu juga sejak pandemi Covid-19 orang dua kali lebih sering menggunakan hand sanitizer (52%) dibandingkan menggunakan obat kumur (20%).

“Kebiasaan menjaga kesehatan tersebut tidak tercermin pada kebiasaan menyikat gigi, sebagian besar orang mengaku telah mengabaikan kebiasaan menyikat gigi. 9% orang tua tidak menyikat gigi dua kali sehari kemudian 11% anak-anak tidak menyikat gigi dua kali sehari,” ungkap Ratu.
Terdapat 5 masalah gigi dan mulut yang sering dialami selama pandemi antara lain mulut kering, bau mulut, gusi dan gigi berdarah saat menyikat gigi atau saat menggunakan benang gigi, kemudian nyeri pada gigi gusi atau mulut, dan adanya lubang pada gigi yang baru terbentuk.
Diketahui, Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 memperlihatkan prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini masih sangat tinggi yaitu sekitar 93%. Artinya hanya 7% anak Indonesia yang bebas dari karies gigi.
Federation Dental International (FDI) dan WHO menargetkan usia 5 sampai 6 tahun setidaknya 50% harus bebas dari karies gigi di setiap negara.
*Pelayanan Gigi Harus Beradaptasi dengan Protokol Kesehatan*
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI drg. Oscar Primadi, MPH mengatakan pelayanan kesehatan gigi di tengah pandemi COVID-19 harus beradaptasi dengan menerapkan protokol kesehatan.
Di Indonesia dokter gigi ada 35.188 orang, dokter gigi spesialis 4.540 orang, dan terapis gigi dan mulut 19.600 orang.
Artinya 1 dokter melayani 7.500 orang. Rasio SDM dokter gigi ini sudah mencukupi namun masih ada persoalan dari sisi distribusi mengingat di Indonesia terdapat beribu pulau dengan disparitas daerah yang tidak sama.
"Perlu dilakukan penyesuaian dalam memberikan pelayanan sehari-hari khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk dapat mengantisipasi penularan COVID-19,” kata drg. Oscar.
“Kita harus sehat, harus betul-betul mampu memproteksi diri sendiri dari ancaman penularan ini sehingga dokter gigi dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, menjadi pelaku utama dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan,” tambah Oscar.