Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Istilahnya Masih Asing, Tapi Gejalanya Sering Dirasakan, Kenali Dislipidemia dan Cara Mengatasinya

Sebagian orang mungkin masih asing mendengar istilah "Dislipidemia". Namun gejala dari Dislipidemia sering sekali dirasakan oleh masyarakat.

Penulis: Willem Jonata
zoom-in Istilahnya Masih Asing, Tapi Gejalanya Sering Dirasakan, Kenali Dislipidemia dan Cara Mengatasinya
Envato
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM - Sebagian orang mungkin masih asing mendengar istilah "Dislipidemia". Namun gejala dari Dislipidemia sering sekali dirasakan oleh masyarakat.

Sebagai contoh, merasa pusing, pegal pada tengkuk, atau rasa kesemutan pada ujung tangan dan kaki, itulah gejala yang diakibatkan oleh Dislipidemia.

Gejala serangan jantung seperti nyeri dada yang diikuti sesak napas dan keringat dingin, itu juga satu penyebabnya adalah Dislipidemia.

Melalui edukasi webinar awam, dr Muhammad Ramadhan dari Siloam Hospitals Jantung Diagram menyatakan pengertian Dislipidemia adalah kandungan kadar lemak jahat (LDL) dalam darah yang terlalu tinggi atau kadar lemak baik (HDL) yang terlalu rendah.

Baca juga: Gejala Penyakit Jantung Bisa Juga Tampak di Kulit, Ini Ciri-cirinya

Kadar lemak dalam darah merupakan kandungan lemak yang umumnya terdiri dari trigliserida, kolesterol, low-density lipoproteins (LDL) dan high-density lipoproteins (HDL).

Meskipun keadaan lemak yang baik dicapai dengan diet lemak yang cukup, beberapa orang memerlukan penanganan khusus dan obat-obatan untuk mengatasi keadaan tersebut.

Melanjutkan edukasinya, dikatakan Muhammad Ramadhan, secara umum dislipidemia dibagi menjadi dua, yaitu dislipidemia primer dan sekunder.

Berita Rekomendasi

Dislipidemia primer disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan dari keluarga.

Sedangkan Dislipidemia sekunder disebabkan oleh gaya hidup dan kondisi medis yang mempengaruhi kadar lemak dalam darah, seperti:

  1. Obesitas, terutama obesitas sentral dengan penumpukan lemak di sekitar perut.
  2. Diabetes.
  3. Hipotiroidisme, kondisi dimana produksi hormon tiroid di bawah normal.
  4. Alkoholisme, penggunaan alkohol berlebihan.
  5. Sindrom metabolik, kumpulan gejala berkaitan dengan metabolisme tubuh.
  6. Konsumsi lemak berlebih, terutama lemak jenuh dan lemak trans.
  7. Sindrom cushing, kumpulan gejala akibat tingginya hormon kortikotropin dalam darah.
  8. Infeksi berat, seperti pada pengidap HIV.
  9. Aneurisma aorta abdominal, kelainan pada pembuluh darah aorta di perut.

"Sebagian besar dislipidemia tidak memunculkan gejala yang berarti. Dislipidemia biasanya diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah dan kondisi lainnya. Dislipidemia yang berat menimbulkan komplikasi yang serius mengarah kepada penyakit jantung koroner dan stroke," tutur dr. Muhammad Ramadhan,melalui aplikasi zoom dan disiarkan pula secara live melalui kanal YouTube.

Lalu, bagi calon pasien dengan tanpa gejala bagaimana dan kapan harus memeriksakan diri ke dokter?

"Nah, ada rekomendasi yang pada populasi sehat, pada umumnya laki-laki pada umur diatas 40 tahun dan perempuan diatas umur 55 tahun tentu harus segera memeriksakan kadar kolesterolnya. Tujuannya untuk mencegah komplikasi lainnya karena tidak ada gejala padahal dia bisa saja mengalami Dislipidemia," tutur Muhammad Ramadhan menjawab pertanyaan seorang viewer.

Pada sesi tanya jawab tersebut, dikatakan oleh dokter Muhammad Ramadhan, terdapat sejumlah hal yang perlu diwaspadai untuk mencegah komplikasi dari Dislipidemia.

"Hindari jika kolesterol total >200, Trigliserid >200, Kolesterol LDL (Kolesterol jahat) >150, Kolesterol HDL (Kolesterol baik) <40," tegasnya.

Untuk setiap pemeriksaan kolesterol harus dilakukan pada saat pasien melakukan puasa lebih kurang 8-10 jam.

"Maka sangat dianjurkan agar bisa mengubah kebiasaan hidup, atur pola makan sehat, perbanyak beraktivitas fisik, dan hindari konsumsi rokok dan alkohol", imbuhnya.

Mencegah dislipidemia

Menurut dokter Muhammad, Dislipidemia bisa disebabkan karena gangguan metabolisme.

Namun yang kerap terjadi umumnya disebabkan karena konsumsi makanan tinggi lemak yang berlebih sehingga menimbulkan obesitas yang disertai dengan kurangnya aktivitas fisik.

Dokter Muhammad mengingatkan, mengacuhkan gejala Dislipidemia akan berdampak jangka panjang, yaitu penyumbatan pembuluh darah.

Contoh bila kadar kolesterol tetap tinggi maka plak akan semakin bertambah sehingga pembuluh darah semakin sempit dan mudah tersumbat.

Bila sumbatan terjadi di pembuluh darah koroner maka akan menyebabkan serangan jantung dan bila terjadi di pembuluh darah otak maka akan menyebabkan stroke.

"Makanan yang harus dihindari dari produk hewani terutama jeroan, otak, kuning telur, daging merah yang berlemak. Sebaiknya konsumsi ikan segar sebagai antioksidan 2-3 kali perminggu. Kurangi karbohidrat murni seperti gula dan madu serta makan makanan manis (kecap, dendeng, abon, coklat). Tingkatkan konsumsi serat khususnya sayuran dan buah seperti labu, terong, oyong, melon, semangka, belimbing. Atur menu makanan dengan sedikit minyak dan sedikit santan serta sebaiknya sukai cara memasak dengan metode merebus, menumis, menanak ataupun mengkukus," terangnya.

Penelitian menyatakan dengan menurunkan berat badan melalui latihan jasmani atau olahraga mampu menurunkan kolesterol jahat (LDL), Trigliserid, serta menaikkan kolesterol baik (HDL).

"Sebelum melakukan olahraga pastikan sudah melakukan pemanasan selama 5-10 menit. Sebaiknya melakukan olahraga jenis aerobik seperti jalan, joging/lari, bersepeda, berenang, ataupun senam selama 45-60 menit tiap sesi latihan. Setelah itu lakukan 5-10 menit pendinginan. Frekuensi latihan tersebut bisa dilakukan 2-3 kali perminggu," pungkas dr. Muhammad Ramadhan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas